Dukungan semarak bunga menjadi makin meriah ketika penerima melihat betapa nilainya atau prestige makin tinggi karena menerima banyak bunga.
Lalu tren budaya ini terus bergulir meskipun penerimanya harus mengalami kesulitan untuk mengurus sisa atau limbah bunga setelah selesai acara.Â
Memang benar ada rekanan atau toko bunga yang bersedia mengambil, tapi kadang-kadang mereka justru mengenakan biaya untuk ongkos bongkar dan membawa limbah itu.
2. Mengandung nilai ekonomi
Budaya pemesanan bunga papan jadi salah satu faktor yang mendorong ekonomi.
Tumbuhnya penjual toko bunga makin banyak dengan merangkai bunga yang sangat variatif dan kreatif. Adanya event baik itu pernikahan, kematian menjadi momen larisnya penjualan.
Meskipun harga pembelian bunga memang mahal tapi bukan menjadi masalah besar bagi pembeli karena mereka memilih dan membeli bunga berdasarkan kebiasaan dan budaya.
Tradisi lokal yang dibawa sampai saat ini tidak berubah meskipun era zaman telah berubah yaitu digital.
Corak dan model bunga makin marak. Pembeli bisa memilih rangkaian bunga sesuai dengan model di daerah masing.
Misalnya model karangan bunga di Tangerang, Bekasi, Bogor dan Bandung terdiri dari papan ukuran 2 m x 1,25 m dengan styrofoam dan pinggiran hiasan bunga.
Sementara corak yang di Medan, Palembang, Solo memiliki style yang sangat berbeda. Demikian juga karangan bunga di Tasikmalaya, ada pinggiran yang sangat tegas dan huruf serta ornamen sangat tajam.
3. Karangan Bunga sebagai Hadiah Non-gratifikasi di Lingkungan Pemerintah
Kesadaran dari para PNS untuk tidak terjerat dalam gratifikasi sesuai pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001. Jika dilanggar akan terkena sangsi Negative List.