Tahapan berikutnya, memasang kelapa gading muda (cengkir) yang telah digambari Kamajaya dan Dewi Ratih ke dalam sarung dari atas perut calon ibu ke bawah. Makna simbolis agar bayi lahir tanpa kesulitan.Â
Jika bayi lahir laki-laki diharapkan parasnya akan tampan, bijaksana, pintar dan sifat luhur. Jika bayi lahir perempuan, diharapkan cantik parasnya, cerdas dan memiliki sifat-sifat luhur seperti Dewi Kamaratih.
Upacara ganti baju tujuh busana, ini upacara yang paling seru sekaligus sangat membosankan bagi tamu-tamu yang tidak memahami makna (karena semua dilakukan dalam bahasa Jawa). Â Â
Jadi ketika calon ibu memakai kemben dan bajunya diganti yang pertama, dia akan bertanya kepada tamu, "apakah saya sudah cocok dengan baju ini?" Â Tamu akan jawab enam kali, "Belum". Ketuju kali ganti baju, barulah tamu bilang "sudah".
Makna dari ganti baju 7 kali adalah Kain pertama "sidomukti" melambangkan kebahagiaan; kain kedua  "Wahyu Temurun" melambangkan kehidupan; kain ketiga "Truntun" melambangkan nilai-nilai kebaikan yang dipegang teguh; kain keempat "Parangkusuma" melambangkan perjuangan untuk tetap hidup; kain kelima "Semen Rama" melambangkan cinta kedua orangtua;  kain keenam "Udan Riris " melambangkan harapan kehadiran anak; kain ketujuh "Cakar Ayam" melambangkan anak yang dapat mandiri.
Acara mitoni ini diakhiri dengan berjualan rujak dan makan bersama. Kami para tamu-tamu diberikan kreweng atau dhuwit terbuat dari tanah liat untuk ditukar dengan rujak yang seolah dijual oleh calon ibu.
Makan bersama tumpeng  "Sapta Nugraha" menjadi penutup acara. Artinya symbol usia kandungan sudah mendekati persalinan, semoga Tuhan senantiasa mencurakan anugerah kepada bayi yang akan lahir.
Tumpeng dipotong oleh calon ayah dan dan disuapkan kepada calon ibu. Simbol ayah akan melaksanakan kewajibannya sebagai ayah yang penuh tanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H