Suatu ketika ibu guru bertanya kepada salah seorang murid yang sedang asyik menggambar.  "Hei, Arya (nama anak, nama samaran), mengapa kamu mewarnai langit itu merah  bukan biru?"
Anak yang menjawab dengan polosnya, Â langitnya merah karena ada pelangi . Â Â Ibu guru langsung membalas jawaban Arya: "Kamu tidak boleh memberi warna langit merah, langit itu selalu biru. Â Tidak ada langit merah!"
Itulah jawaban guru yang konservatif dan melihat jawaban hanya mandatory dan dari satu sisi saja . Jika guru dulu diajar bahwa langit itu biru, maka murid pun harus mengikut apa yang diajarkan kepada guru tanpa alasan apa pun.  Logic thinking terbatas dengan pengalaman , apa yang diketahuinya dan tidak melihat wawasan yang lebih luas.
Pertimbangan-pertimbangan sebelum memutuskan
Jika penilaian sekolah sebagai alat kesukesan anak di masa depan, hal itu perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang cukup besar untuk bisa  mengubahnya.
1.Pengembangan karakter
Usia dini adalah tempat untuk menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, kebangsaan, kesopanan, disiplin. Â Â Sekolah yang mengajarkan nilai-nilai ini justru lebih penting ketimbang mengejar Pelajaran seperti robotic, ekstra kurikuler yang terlalu padat.
2.Kurikulum nasional
Adanya orangtua yang berangkapan agar anak berakhlak baik, harus menyekolahkan di sekolah bersifat agamis.  Namun, pada kenyataannya  penerapan sangat bertentangan. Guru menerima  gratifikasi saat menerima rapor.
3.Rencanakan pendidikan tiap jenjang
Perencanaan untuk memetakan kebutuhan pembiayaan , di luar uang SPP tiap jenjang, dan kapan harus disiapkannya.
Contohnya untuk jenjang SD, masuk usia 6 tahun, harus disiapkan saat anak usia 5 tahun, berapa biayanya.
Lanjut SMP, perlu disiapkan dananya saat anak di kelas 6 SD, berapa biayanya dan apakah ada biaya tambahan les.
Lanjut SMA, harus disiapkan sejak anak kelas VIII, Â biaya untuk masuk SMA, apakah sekolah unggulan atau sekolah yang punya kemampuan mendidik anak belajar mandiri dan tanggung jawab
Lanjut perguruan tinggi, Â diingatkan kembali bahwa mendaftar di perguruan tinggi bukan sekedar mengejar gelar tetapi mendapatkan bekal ilmu untuk diterapkan dalam dunia kerja. Â Kejar terus belajar sampai setinggi-tingginya, tapi juga bukan untuk pamer banyak title atau gelar.