Bekerja di Perusahaan multi nasional dengan system kerja, remunerasi dan system karir yang sangat jelas sekali, membuat diri saya yang baru pertama kali kerja di perusahaan multi nasional  harus beradaptasi dengan cepat.
Budaya kerjanya di tahun sekitar 1980 sangat terbuka sekali.  Untuk  memanggil atasan tidak perlu panggil dengan Bapak atau Ibu, cukup panggil namanya. Â
Bekerja dengan ritme waktu yang sangat jelas , jika harus overtime itu karena keperluan emergency dari pekerjaan yang harus cepat diselesaikan.
Performance review tiap tahun jelas kriterianya, apa pencapaiannya dan bagaimana rating dari beberapa supervisor dan teman kerja , jadi selalu ada penilaian yang seimbang, bukan hanya subjektif satu orang yang menentukan saja.
Memberikan kesempatan kepada mereka yang punya talenta dan IQ yang tinggi untuk belajar dan bekerja untuk mencapai jenjang karir manajemen .
Namun, dibalik tutorial, training yang tiap tahun diberikan oleh Perusahaan, ada tuntutan dari Perusahaan untuk bisa implementasikan kepada pekerjaan. Jika kontribusi kita tidak banyak untuk Perusahaan, kita harus menyiapkan diri untuk bisa kena PHK atau pensiun dini. Â Di tahun terakhir sebelum saya pensiun, gelombang untuk persaingan antar orang yang direkrut baru dengan orang lama harus saling berkompetisi tinggi. Siapa tidak punya daya kompetensi, dia harus kalah untuk berhenti kerja.
Melejitnya nama "Citibank" sebagai training Centre , membuat  manajemen  bank lain melirik untuk dapat "hijack" pegawai yang sudah mendapat pelatihan yang baik dari Citibank.  Mereka ingin ilmu dari orang yang dihijack diterapkan di bank lain.
Perubahan di tahun 2023
Saya tak bisa mengikuti perkembangan bisnis Citi sejak saya sudah pensiun. Â Saya berpikir model bisnis Citi yang sering dijadikan role model sekarang ini sudah sering ketinggalan .Â
Citi sudah menerapkan digitalisasi saat saya masih bekerja, namun, belum sepenuhnya diimplementasikan. Â Mobile banking dan kartu kredit menjadi produk yang pernah melejit di tahun pertama Citi mengenalkannya. Â
Sayangnya, Â pesaing bank-bank lokal jauh lebih agresif mengambil ceruk bisnis retail yang mudah dikembangkan.Â
Kepercayaan dan mahalnya fee dari Citi menjadi salah satu faktor untuk mundurnya bisnis kartu kredit .