Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Siasati Kelangkaan Minyak Goreng

13 Maret 2022   19:45 Diperbarui: 14 Maret 2022   17:30 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Warga membeli minyak goreng kemasan semua merk rata dengan harga Rp 14.000 per liter di Pasar Modern Plaza Asia terbesar di wilayah Priangan Timur, Jawa Barat, Kamis (20/1/2022). (Foto: KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)

Saya sangat heran sekali mengapa Indonesia sebagai negara exportir kelapa sawit terbesar , terjadi kelangkaan minyak goreng . Total nilai export kelapa sawit Indonesia mencapai USD 17,36 miliar pada tahun 2020.

Hampir seluruh warga Indonesia menggunakan minyak goreng yang terbuat dari kelapa sawit menjadi minyak goreng nabati. Prosesnya cukup Panjang mulai dari pengumpulan,perebuasan, perontokan,pemerasan, penyaringan minyak kasar., pemisahan minyk dengan air, pemurniah minyak.

Produsen kelapa sawit hanya ada di beberapa tempat tertentu, sedangkan pabrik minyak goreng yang perlu kelapa sawit sebagai bahan utama , terletak di banyak tempat. 

Dengan kondisi ini terjadi fluktuasi harga karena biaya distribusi yang tidak merata. Marjin dari distribusi minyak goreng mengalami peningkatan sementara marjin distribusi merupakan indicator efisiensi pada system distribusi.

Rantai distribusi yang tidak efisien ini menimbulkan dua hal, di pihak produsen, kurangnya pendapatan karena biaya tinggi. Sementara di pihak konsumen, sulit mendapatkan barang dengan mudah dan harga yang stabil.

Belum lagi masalah yang terjadi secara external. Produsen kelapa sawit tentu melihat peluang besar ketika harga sawit melejit tinggi untuk export, maka produsen bisa saja menggunakan kesempatan untuk mengexport ketimbang untuk kebutuhan domestic.

Lalu Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dengan menaikkan Domestic Market Obligation (DMO) crude palm oil/CPO dari 20 persen menjadi 30 persen. 

Bahkan produsen kelapa sawit pun mengatakan telah membantu daerah yang langka minyak dengan menghubungi pabrik dan mengirimkannya. Namun, kondisi ini belum juga bisa meredam kesulitan kelangkaan minyak goreng yang sudah terjadi hampir 3 bulan.

Apa yang terjadi di lapangan?

dokpri. canva.com
dokpri. canva.com

Menurut Wakil Menteri Perdagangan telah mengadakan operasi pasar untuk melihat stok barang dan harga barang.

Tetapi kenyataannya di lapangan, setiap hari kita dipertontonkan banyak sekali warga yang terpaksa harus ngantri untuk mendapatkan 2 liter minyak goreng dengan harga ekonomi yaitu Rp.14.000/per liter.

Antrean panjang warga untuk membeli minyak goreng sudah dipertontokan hamper 3 bulan. Sebagian besar antrian bisa membeli, namun Sebagian besar yang lain terpaksa gigit jari, Pulang setelah hamper menunggu berjam-jam, bahkan ada seorang ibu yang pingsan dan meninggal.

Saya sendiri telah membuktikan beberapa kali di supermarket yang saya kunjungi selalu kosong dengan minyak goreng yang standar, ada brand yang cukup tinggi harganya , Rp.80.000 terpaksa dibeli.

Benar-benar kelangkaan minyak goreng yang membuat para ibu -ibu maupun para kuliner yang sering menggunakan minyak goreng sebagai bahan baku masakan, terpaksa harus berpikir untuk solusi jalan keluar agar tidak stress hanya untuk mendapatkan minyak goreng.

Berikut ini ide yang ingin saya lontarkan bagi para ibu rumah tangga:

1. Masakan goreng diganti dengan cara yang tidak digoreng

Bagi para ibu rumah tangga maupun mereka yang berbisnis kulienr, sulitnya minyak goreng sebaiknya disiasati dengan mengurangi minyak goreng untuk menekan biaya pengeluaran minyak goreng.

Lalu bagaimana caranya? Dengan mengukus, merebus , membakar bahan-bahan makanan. Dari segi rasa tentu enak yang digoreng, tapi dari sisi Kesehatan, hal ini menambah gaya hidup sehat lebih mudah terlaksana.

2. Menjaga kualitas minyak goreng bekas

Minyak goreng bekas sering disebut dengan nama jelantah. Agar jelantah itu memiliki kualitas yang baik, maka saat pertama kali menggoreng, gunakan api yang sedang (jangan api yang besar). 

Dengan memakai api yang sedang, maka kualitas minyak yang sudah digunakan itu tetap baik untuk digunakan kedua kalinya.

3. Penampungan dan Pemilahan minyak bersih dan kotor

Saat menggoreng ikan ,tempe atau gorengan yang membuat minyak jadi berwarna cokalat, maka pisahkan antara minyak yang agak kecoklatan dengan minyak yang masih bersih.

Minyak bekas tempat dan goreng di satu tempat, sedangkan minyak untuk sayuran yang masih bersih di tempat yang lain. 

Jangan dijadikan satu, untuk minyak goreng bekas ikan, dipakai lagi untuk ikan atau ayam goreng yang dilumuri bumbu. Sementara minyak goreng sayur khusus untuk sayur atau yang tidak berbau . Artinya minyak goreng digunakan sesuai dengan bahan baku yang dipakai.

4. Kurangi tepung kering

Ketika kita menggoreng bahan dilumuri dengan tepung kering maka makanan akan menjadi renyah. Sayangnya, penggunaan tepung kering itu justru menyerap minyak goreng lebih banyak. Apalagi ada endapannya yang kotor dan sulit untuk disaring dan dibersihkankan Kembali.

5. Gunakan Air Fryer

Bagi mereka yang ingin beralih untuk hidup lebih sehat, inilah saatnya untuk beralih makanan tanpa minyak goreng.

Makanan yang digoreng tanpa minyak menggunakan air fryer jadi pilihannya. Hanya ketika saya cek harga dari air fryer, masih cukup tinggi, antara Rp.1.5- hingga Rp.2.5 juta.

Namun, bagi mereka yang mampu untuk beli air fryer, inilah kesempatan bagi Anda untuk memasak makanan tanpa minyak. 

Tanpa minyak hanya sedikit saja olesi agar tidak lengket, dan mudah memasaknya dengna menggunakan listrik bukan gas . Cukup besar kapasitas wattnya , jadi pastikan kapasitas listsrik di rumah cukup.

Inilah beberapa strategi untuk mengantisipasi kelangkaan minyak goreng .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun