Hal ini membuat anak-anak jadi tertekan, stress dan seringkali ancamannya mogok belajar dan tidak sadar, anak makin hilang semangat hidupnya. Â Kita akan kehilangan generasi masa depan bila anak-anak ini dibiarkan sakit mental.
Hari Kesehatan Nasional
Hari Kesehatan Mental jadi perhatian  dan kesadaran kita semua untuk mengingat betapa  besarnya pasien sakit mental di Indonesia.  Sayangnya,  jumlah pasien itu tidak diikuti dengan jumlah rumah sakit.  Hanya ada 34 Rumah Sakit Jiwa Pemerintah dan 9 Rumah Sakit Jiwa Swasta. Â
Demikian juga untuk jumlah tenaga Kesehatan jiwa sangat kekurangan.  Terbatasnya tenaga Kesehatan jiwa  hanya 1000 psikiater dengan 70 persen di antaranya ada di Pulau Jawa yang menangani sekitar 250.000  penduduk.  WHO menetapkan jumlah  psikiater yang ideal adalah  satu banding 10.000 penduduk.
 Fasilitas Kesehatan jiwa di Indonesia sangat tidak memadai, dari total puskemas  10.000 hanya da 6.000 puskesmas yang memiliki  dokter dan perawatan untuk orang sakit mental.
Sedihnya ,  orang-orang yang sakit jiwa pun tak punya kemampuan  untuk deteksi maupun edukasi tentang bagaimana mengatasi sakit jiwanya.
Datang ke dokter jiwa atau psikolog  menjadi stigma negative. Dianggap jadi orang gila, itulah  stigma yang sering dilontarkan oleh mereka yang jadi pasien psikolog atau psychiatrist
Layanan konsultasi melalui telemedicine  sangat membutuhkan sumber tenaga manusia yang menannnngani.   Anna Surti Ariani, seorang psikolog mengatakan bahwa seseorang yang butuh konsultasi itu bukan hanya dengan chat di whatsapplication.  Tetapi percakapan yang panjang agar diagnose dan penangangan yang tepat dapat diberikan.
Jika negara abai untuk berikan kesehatan mental bagi yang sakit, biayanya akan tinggi. Â Analogi biaya, jika kita bisa menyediakan fasilitas untuk orang sakit mental, biaya per orangnya USD 1, Â sebaliknya jika tidak ada fasilitas dan orang tersebut sakit mental, beban negara menjadi USD 5 (lima kali lipat).
.
Inilah mereka yang menderita sakit mental
Perempuan muda , mukanya berkerut , matanya redup , pandangannya kosong. Â Dia baru berusia 14 tahun. Namun, di usia yang sangat mud aitu dia punya luka kesedihan yang mendalam.
Sejak kecil ibunya seorang janda itu telah menitipkan dirinya kepada  nenek di desa kecil.  Entah kemana ibunya. Dia sendiri tak peduli dan takt ahu nasib ibunya.  Tanpa pamit ibunya telah meninggalkan dirinya.Â