Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ketika Lampu Mati, Uang Tunai Lebih Penting Ketimbang E-Money

5 Agustus 2019   18:45 Diperbarui: 5 Agustus 2019   18:48 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Pemerintah menggalakan agar semua warga masyarakat mau mengubah mindset pembayaran baik itu keperluan transportasi online , beli makanan online,  beli barang-barang online atau bayar listrik, token listrik dan lainnya dari tunai jadi non tunai atau sering dikenal e-money.

Setelah semua warga mulai menyukai menggunakan e-money sebagai alat pembayaran karena praktis dan mudah sekali,  terjadilah suatu peristiwa yang cukup menggemparkan.

E-money atau kartu debit tidak diterima saat listrik mati.   Saya sebagai salah seorang yang merasa nyaman untuk gunakan e-money untuk biaya transportasi plus belanja dengan kartu debit terpaksa harus "ngomel" karena kasir tak mau terima ketika lampu mati.

Lampu mati mengakibatkan mesin EDC pun ikut tak berfungsi lagi.  Kasir langsung minta kita yang sedang antri panjang dengan satu keranjang belanjaan penuh dengan berbagai barang itu untuk siapkan uang tunai.  Tentu saja  kita tidak mungkin ke luar dari antrian karena sudah antri panjang, dan dekat dengan kasir, harus ke luar untuk ambil tunai terus antri lagi.   Terpaksalah mereka banyak mengurangi jumlah belanjaan dan membayar sesuai dengan uang tunai yang ada  di dompet.

Sekarang ini , kita perlu belajar jika bencana yang sering melanda ,lalu pasokan listrik terputus.  Kita harus segera langsung periksa  isi dompet  dan apa saja yang ada di kulkas.

Jika Anda tidak punya uang tunai cukup dan sepenuhnya bergantung pada pembayaran elektronik, maka Anda sudah selesai dengan apa yang ada saja. Bisa kelaparan karena tidak ada orang yang menerima uang elektronik di saat lampu mati dan bencana alam.

Sebagai contoh yang lain saat gempa kuat Hokkaido Jepang memicu pemadaman listrik skala besar, dan kota Sapporo langsung jadi kota yang gelap gulita.

Selama periode itu ada banyak orang sekitar 1,95 juta penduduk berbondong-bondong ke supermarket dan toko  serba-ada untuk membeli keperluan hidup sehari-hari .

Namun, ketika  di zaman itu pun   sudah banyak yang  menggunakan ponsel sebagai alat pembayarannya dan mereka kehilangan kemampuan membayar dan tidak dapat membeli apa yang dibutuhkannya.

Seorang warga tinggal di Sapporo , yang biasa menggunakan Apple Pay ke luar tanpa dompet dan sedikit uang tunai.   Dia  tak sempat membeli apa pun ketika pagi harinya terjadi gempa kuat dan Sappoor mengalami pemadaman listirk yang besar.

Lalu dia kembali ke kulkas di rumahnya dan menemukan bahwa hanya  susu dan mayones yang tersisa di dalam kulkas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun