Mohon tunggu...
Julian Asahi
Julian Asahi Mohon Tunggu... Guru - Never Give up

Bermimpi tanpa berusaha kosong Berusaha tanpa bermimpi hampa Bermimpilah dan berusahalah wujudkan impianmu...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Senja di Hutan Terlarang (Lanjutan)

13 Agustus 2020   18:45 Diperbarui: 13 Agustus 2020   18:49 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Iya mah. Ayah dah mau masuk hutan paling satu jam lagi ayah sampai rumah"

Paijo menghisap sebatang rokok sebelum melanjutkan perjalanan. Jalanan sudah mulai gelap namun masih nampak bayangan pohon dengan langit yang kemerahan menuju gelap. Gerimis rintik rintik, tepat setelah suara iqamah terdengar paijo memasuki hutan larangan sebagian ada yang bilang hutan tersebut angker namun paijo sudah terbiasa lewat hutan itu. 

Jalan yang berkelok kelok dengan tepian jurang dan semak belukar, sampailah paijo disebuah jembatan tua dengan sebuah gubuk tua yang ada di pinggiran hutan yang terkenal angker. Orang menyebutnya pondok setan. 

Ada mitos yang mengatakan kalau calon pengantin atau pengantin baru yang lewat daerah itu. Lalu ada suara orang yang memanggil nama salah satu dari pasangan tersebut, maka salah satu dari calon pengantin atau pengantin tersebut akan meninggal. Karena itu calon pengantin atau pengantin baru pasti di larang lewat daerah itu setelah maghrib. Lebih baik menginap di kota jika pulang kemalaman. 

Pikiran paijo tidak sampai disana, paijo merasa bukan pengantin baru dan bukan calon pengantin. Santai mengendarai motornya. Namun tiba tiba terdengar sayu sayu seperti suara perempuan yang minta tolong. Namun paijo tidak menggubrisnya. 

Entah kenapa sore itu terasa sangat lama paijo melewati hutan itu. Padahal biasamya hanya 15 menit waktu yang  dibutuhkan untuk melewati hutan tersebut. Anehnya nampak lebih banyak kendaraan lewat dari pada hari biasanya ada mobil yang nampak riuh karena sangat banyak penumpangnya ada juga mobil yang kosong. Ada motor yang balap dan sebagainya. Begitu juga nampak kerbau dan sapi banyak yang menghalangi jalan . Biasanya hanya beberapa ekor saja yang nampak. 

Perasaan paijo mulai tidak enak ketika paijo melewati tikungan yang ke sepuluh paijo hafal benar daerah itu berapa jumlah tikungan tanjakan dan turunan. Paijo sudah melewati tikungan kesepuluh harusnya tinggal 3 tikungan lagi sudah masuk kampung pertama sebelum kembali masuk hutan satu lagi. 

Paijo merasa disitu saja hanya mengulangi daerah daerah yang sama. Paijo mengambil handphone nya, melihat jam sudah jam 8 malam. Seharusnya jam segitu paijo sudah lama keluar dari hutan itu. Paijo mencoba tetap tenang, sampai akhirnya nampak lampu terang dibawah dan sangat ramai sepertinya ada sebuah pesta pernikahan yang besar. Paijo merasa tenang sudah keluar dari hutan pertama. Setelah kampung akan sekali lagi memasuki hutan lain yang lebih terang. 

...

Santai paijo sambil nyanyi nyanyi masuk hutan lagi namun tiba tiba paijo terkejut. Paijo lagi lagi melewati jembatan dengan pondok tua di sampingnya. 

"Astagfirullah" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun