Mohon tunggu...
Arjuna Putra Aldino
Arjuna Putra Aldino Mohon Tunggu... Penulis - Universitas Indonesia

Mahasiswa Pascasarjana, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Revolusi Asuransi Jiwa dan Adaptasi Generasi Milenial

26 September 2017   01:51 Diperbarui: 26 September 2017   03:35 2546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, generasi milenial ini memiliki kecenderungan gemar menonton video secara online di smartphone mereka. Ditemukan oleh survei We Are Social dan Hootsuite 2017, bahwa 49 persen pengguna internet Indonesia juga mengakses konten video di Youtube. Temuan ini sejalan dengan survei APJII 2016, yaitu selain mengakses media sosial pengguna internet di Indonesia juga mengakses video online. Angkanya cukup besar, yakni 41 persen atau sekitar 54,4 juta pengguna.

Dari temuan ini dapat kita simpulkan bahwa karakteristik generasi milenial yakni pertama, kehidupannya begitu melekat dengan internet, delapan jam 12 menit dalam sehari merupakan waktu yang cukup lama mereka gunakan untuk mengakses internet. Kedua, sebagian besar mereka mengakses media sosial. Hal ini mengisyaratkan bahwa generasi milenial memiliki kecenderung aktif di ruang-ruang virtual, mengisi aktivitas hidupnya di dalam cyberspace. Yang juga menandakan bahwa mereka terbiasa di tengah dunia yang saling interkoneksi, bersosialisasi di dunia atau komunitas virtual. Ketiga, mereka memiliki kecenderungan menyukai konten berupa video. Hal ini menandakan bahwa generasi milenial lebih suka menerima pesan dalam bentuk audio-visual.

Namun selain itu, juga terdapat temuan yang menggembirakan untuk prospek industri asuransi ke depan berkaitan dengan kehadiran generasi milenial ini. Riset Alvaro Research Center 2017 menemukan sebanyak 41,1 persen generasi milenial memiliki spontaneous pada produk asuransi kesehatan. Artinya, di alam kognitif mereka sudah terekam pentingnya kepemilikan "asuransi kesehatan". Dalam memori mereka, jaminan kesehatan ke depan menjadi salah satu prioritas mereka. Hal ini menjadi modal besar bagi industri asuransi jiwa untuk mengembangkan bisnisnya dikalangan generasi milenial ini.

Adaptasi Generasi Milenial

Akhir-akhir ini industri asuransi tumbuh begitu pesat. Sepanjang 2016 Badan Pusat Statistik mencatat lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi tumbuh 8,9 persen dibanding tahun sebelumnya 8,59 persen. Angka ini mengalahkan lapangan usaha di sektor lainnya dan juga berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional, yakni 5,02 persen.

Ditambah, data Otoritas Jasa Keuangan melaporkan aset asuransi jiwa pada September 2016 mencapai Rp 385,24 triliun, yang berarti naik 14,4 persen dibanding posisi awal tahun, yakni Rp 336 triliun. Data ini menunjukan bahwa sisi permintaan (demand) terhadap produk asuransi jiwa cukup tinggi di masyarakat kita.

Walaupun tumbuh begitu pesat, akan tetapi penetrasi industri asuransi di Indonesia masih relatif rendah. Data Otoritas Jasa Keuangan triwulan I 2017 menunjukan penetrasi industri asuransi di Indonesia hanya 2,70 persen. Angka ini begitu kecil di tengah para generasi milenial sudah menyadari akan pentingnya kepemilikan asuransi kesehatan. Untuk itu, berkembangnya generasi milenial dan teknologi digital menjadi peluang sekaligus tantangan bagi industri asuransi untuk mengembangkan bisnisnya.

Menjadi peluang karena sebanyak 41,1 persen generasi milenial telah menyadari akan pentingnya kepemilikan asuransi kesehatan, dan hadirnya teknologi digital dapat menjadi medium untuk meningkatkan penjualan karena teknologi digital dapat mengeliminasi segala penghalang seperti sosialisasi, masalah teknis, faktor geografis, dan faktor lainnya. Namun juga menjadi tantangan dimana berubahnya ekosistem bisnis akibat berubahnya komposisi piramida penduduk atau segmen konsumen yang didominasi oleh generasi milenial dan kelas menengah serta kehadiran teknologi digital yang semakin berkembang pesat.

Untuk itu, industri asuransi tidak bisa hanya mengandalkan cara-cara konvensional dalam menciptakan produk, distribusi hingga pelayanan yang ditawarkan. Perlu adanya adaptasi yang sesuai dengan karakteristik konsumen potensial yakni generasi milenial.

Perubahan pertama yang niscaya harus dilakukan adalah adanya produk asuransi digital yang dapat diakses melalui aplikasi smartphone. Hal ini penting mengingat generasi milenial lebih banyak menghabiskan waktunya bersama smartphone mereka dalam ruang virtual. Sehingga mereka jauh lebih suka dan akrab menggunakan produk yang tersedia pada aplikasi yang bisa diakses dari genggaman tangannya, daripada harus mendatangi kantor, melalui telepon, e-mail ataupun website.

Kedua, yakni soal layanan proses underwriting atau proses penilaian profil risiko terhadap calon nasabah asuransi jiwa. Di tengah generasi milenial yang begitu akrab dengan internet dan hidup di era kecepatan (ekosistem update informasi yang begitu cepat), industri asuransi perlu mengembangkan layanan underwriting yang dapat dilakukan secara online dan real-time. Maka perlu adanya sistem komputerisasi atau digitalisasi (teknologi data) yang terprogram untuk memproses underwriting, sehingga layanan dapat diterima dengan cepat, tak perlu menunggu lama, lebih mudah, dapat diakses kapanpun dan dimanapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun