Karena itu pemerintah seharusnya stop memuji-muji profesi tertentudan mengabaikan profesi yang lainnya. Juga berhenti mengungkit-ungkit kegagalanpemerintahan yang lalu dan sebaiknya fokus pada hal yang ingin dikerjakan saat ini agar tidak ada pihak yang merasa disakiti dan kemudian timbul respon yang negatif. Sebab pemerintahan baru itu terpilih karena adanya kegagalan pemerintahan yang sebelumnya, dan kewajiban pemerintahan barulah untuk memperbaiki kesalahan yang sudah terjadi.
8. Bekerja secara sistematis bukan simbolis
Permasalahan bangsa ini ibarat bangunan rumah, kerusakan sudah sampai pada pondasi rumahnya, bukan hanya rusak atapnya atau dinding-dindingnya saja. Karena itu perbaikan yang sifatnya simbolis, misalnya mengekspos besar-besaran “saber pungli” dengan menangkap pegawai terdepan di perhubungan atau beberapa polisi di lapangan itu hanya membuat malu yang sedang ditangkap saja, tetapi aman pada pihak yang lainnya. Artinya cara tersebut tidak bisa membuat jera pihak yang lainnya. Tetapi, mereka akan bekerja lebih hati-hati lagi kalau mau melakukan pungli. Sebagai contoh, kalau pas lagi ketat pengawasan pungli, maka mereka akan istirahat terlebih dahulu. Nanti kalau sudah longgar, akan marak lagi.
Karena itu melahirkan UU Pembuktian Terbalik (yang pernah saya usulkan) merupakan upaya sistematisyang bisa diterapkan pada semua bidang dan berkesinambungan dari waktu ke waktu, termasuk bila harus ganti pemerintahan baru.
Demikian beberapa pemikiran yang perlu segera diterapkan oleh pemerintahan Pak Jokowi, agar rakyat Indonesia yang kemarin masih menunjukkan kesetiaannya kepada NKRI ini bisa segera merasakan kesejahteraan hidup yang sebenarnya, bukan hanya janji manis belaka. Sebab kalau tidak segera ada perbaikan, bukan tidak mungkin demo-demo itu akan marak lagi sehingga kerja pemerintah tak bisa fokus lagi. Selanjutnya, segala hal yang sedang dan sudah dilakukan itu juga perlu ada transparansinya, sehingga kalau ada hal yang belum tepat bisa segera dikorekasi oleh pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H