Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

3 Indikator Tak Lazim Kepuasan Menulis di Kompasiana

11 Juli 2024   06:55 Diperbarui: 11 Juli 2024   17:14 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepuasan menulis di Kompasiana tak melulu soal K-Rewards dan views. (Sumber gambar: Pexels.com)

Pada tanggal 6 Februari 2010, saat saya mulai menulis pertama kali di Kompasiana, motif saya menulis adalah untuk menuangkan ide, gagasan, dan emosi yang tersimpan dalam benak ini.

Dengan kata lain, saya ingin menjadi lebih dikenal orang melalui karya tulisan saya di situ sebab Kompasiana adalah sebuah platform baru yang inklusif.

Diri saya 14 tahun lalu sudah berpuas diri jika ada orang lain yang mau menghabiskan menit-menit berharga mereka untuk membaca tulisan saya yang menurut saya masih jauh dari definisi sempurna.

Saya melihat angka "views" bertambah perlahan dari jam ke jam saja sudah bahagia. Sebagai penulis pemula, saya sudah bisa berbahagia. Tak masalah jika tulisan saya tak dijadikan headline atau bahkan tidak terpilih sebagai artikel pilihan oleh editor. Asal sudah ada yang baca sudah bahagia. Kepuasan saya sebagai penulis sesederhana itu.

Tapi jika saya mau bandingkan diri saya saat itu dengan diri saya sebagai penulis saat ini, rasanya kebahagiaan dan kepuasan sebagai penulis bagi diri saya sudah berkembang (baca: berubah).

Ada kalanya tulisan saya mencetak angka views yang rendah. Cuma puluhan angkanya. Tapi anehnya saya merasa masih puas. Ada juga saat saya bisa menayangkan tulisan yang angka views-nya di atas ekspektasi sebelum saya menayangkannya. Dan anehnya saya juga makin puas.

Pun setelah ada fitur K-Rewards dan program Infinite untuk artikel yang terpilih tayang di Kompas.com yang menggiurkan banyak Kompasianer untuk makin rajin menulis, saya pikir nominal Rupiah yang ditransfer juga bukan indikator utama kepuasan menulis di Kompasiana. Uang memang penting tapi bukan segalanya.

Jika saya renungkan kembali, rasanya ada beberapa hal yang saya katakan bisa menjadi indikator dalam mengukur kepuasan saya selain angka views dan besaran kompensasi finansial K-Rewards.

Kebebasan dan Idealisme Menulis

Sebagai Kompasianer, saya bisa menayangkan tulisan bertema apapun selama itu masih bisa dimasukkan dalam kategori yang tersedia.

Karena kebebasan dalam menulis inilah saya merasakan adanya kepuasan. Saya bisa menulis sebebas mungkin tanpa mengikuti perintah editorial maupun desakan pihak manapun.

Saya juga bebas dari tuntutan untuk harus menghasilkan jumlah artikel tertentu, jumlah kata tertentu, jumlah views setiap harinya. Bisa dikatakan kebebasan menulis di Kompasiana terjamin hampir mutlak.

Karena kebebasan yang hampir absolut inilah juga saya bisa bebas memilih angle (POV) tulisan dan tema-tema yang bukan selera media arus utama atau bukan 'selera pasar'.

Saya bisa menjejalkan idealisme saya di sini sepuas-puasnya. Tidak ada yang melarang bahkan tidak ada yang mengedit sedikitpun. Buah pikiran saya tersaji seutuhnya di Kompasiana.

Saya bisa menulis sebagus mungkin bak sedang menulis untuk media arus utama atau kalau saya sedang tidak mood menulis serius seperti itu, saya bisa saja menulis dengan gaya agak 'slengean' alias santai. Asal pesan utama dalam benak saya tersampaikan, tak masalah kan?

Semoga Kompasiana bisa terus menjadi platform menulis yang menawarkan kebebasan menulis seperti sekarang meski harus disadari juga bahwa hal itu tergantung pada banyak faktor eksternal misalnya kebijakan pemerintah misalnya undang-undang yang berkaitan dengan sensor, ITE, dan sejenisnya.

Kita harus pahami bahwa Kompasiana mau tidak mau harus tunduk di bawah aturan pemerintah tak peduli betapa kontroversialnya aturan tersebut.

Komentar dan Rating dari Kompasianer yang Lebih Senior

Definisi "senior" di sini bukan Kompasianer yang paling duluan terdaftar di database Kompasiana atau senior dalam hal usia kronologis tetapi lebih pada pengalaman dan keterampilan menulis, kematangan berpikir, kejelian dalam mengamati fenomena di sekitarnya, kearifan dalam menyampaikan gagasan, dan banyak lagi.

Kadang ada juga Kompasianer yang terlihat lebih muda dalam hal usia namun menurut saya boleh diadu dengan Kompasianer yang lebih dulu menulis. Dan menurut saya, sudah seharusnya memang penulis-penulis muda menggunakan Kompasiana sebagai platform/wadah untuk merintis karier kepenulisan mereka.

Jangan cuma menulis untuk disimpan sebagai file Word di laptop. Tayangkanlah di media publik seperti Kompasiana agar kemampuan kita dalam menulis bisa diketahui khalayak ramai.

Nah, jika Kompasianer yang senior begini mau mampir membaca, memberikan rating, bahkan mengetikkan komentar yang cukup panjang lebar (bukan komentar standar normatif hasil AI), rasanya saya sangat puas sekali karena itulah tandanya tulisan saya berkesan dan membekas karena mampu menyuarakan kegelisahan atau hal-hal yang tersimpan di benak orang lain atau istilah dalam bahasa Inggrisnya, "resonate", dengan para pembaca. 

Saat tulisan saya bisa beresonansi atau 'menggetarkan' pikiran orang lain juga berkat frekuensi yang sama, maka di situlah saya merasakan kepuasan tertinggi bahkan melebihi level kepuasan menulis artikel terpopuler dengan views ratusan ribu sekalipun tapi nol komentar.

Dan jika ada yang berkomentar bahwa dirinya tak sepakat dengan isi tulisan saya pun sebenarnya juga terbilang memuaskan bagi saya karena ternyata ada orang yang mau membaca tulisan saya meski tak setuju dengan isinya.

Membaca sesuatu yang tak disukai itu sangat menyiksa dan saya sangat menghargai orang yang mau berkomentar hanya sekadar menyuarakan ketidaksetujuannya.

Berbeda dari indikator pertama yang lebih bersifat internal karena menyangkut idealisme diri sebagai penulis, komentar dan rating ini semacam bentuk validasi eksternal untuk tulisan saya agar makin bisa terus berkembang dan bersemangat dalam menulis ke depan.

Dikenal dan Diingat Karena Tulisan

Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang belum Anda kenal atau teman di kantor atau lingkaran pergaulan lain yang tiba-tiba menyapa Anda karena mereka mengaku pernah membaca tulisan Anda di Kompasiana?

Bisa jadi mereka sedang mencari informasi lebih rinci mengenai sebuah isu atau topik yang kebetulan Anda pernah kupas dalam sebuah tulisan di Kompasiana lama sebelum itu. Saking lamanya Anda bahkan sudah lupa bahwa Anda pernah menulisnya.

Disapa atau diajak mengobrol oleh orang yang belum saya kenal berkat tulisan rasanya sangat memuaskan karena di sinilah saya merasakan kekuatan tulisan yang bisa menghubungkan pikiran banyak orang meski sedang berjauhan atau belum mengenal sama sekali. Rasanya mirip mendapatkan 'award' kalau saya boleh katakan. 

Kepuasan saya bisa makin meningkat jika tulisan saya itu menurut orang tadi bisa memberikan pemahaman lebih baik mengenai topik yang ia ingin ketahui lebih banyak dan mendalam. Dan dari pemahaman tadi ia bisa membuat keputusan yang lebih baik dan bijak dalam hidupnya serta memengaruhi caranya bertindak, berbicara, dan berpikir. Terkesan muluk-muluk tapi itulah menurut saya deskripsi 'orgasme' dalam menulis di Kompasiana. (*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun