Ketiga, ketersediaan buah lerak yang terbatas di beberapa daerah. Jika terjadi kekeringan atau buah lerak belum bisa dipanen, maka kita terpaksa gigit jari tak bisa mencuci.
Keempat, bau lerak harus diakui cukup menyengat sehingga dapat mengganggu sebagian orang. Namun, bagi saya sebetulnya ini soal pembiasaan saja. Makin terbiasa, hidung makin bisa bersahabat dengan bau lerak.
Komoditas Ekspor
Saat ini, buah lerak dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat bahkan sudah menjadi komoditas ekspor.Â
Berdasarkan pemberitaan di detik.com, ekspor biji lerak yang berasal dari Bondowoso telah merambah ke beberapa negara, terutama negara-negara di Jazirah Arab, khususnya Uni Emirat Arab. Jumlahnya mencapai sekitar 150 ton per tahun atau per musim.
Salah seorang pengepul lerak dari Desa Sukorejo, Sumberwringin, Bondowoso, bernama Feriyanto, menyatakan bahwa tujuan utama ekspor lerak adalah Dubai, Uni Emirat Arab.Â
"Memang tidak langsung dari sini ke Dubai, melainkan melalui eksportir di Surabaya. Dari Surabaya, langsung dikirim ke Dubai," jelas Feri (34), panggilan akrabnya, kepada detikJatim saat diwawancarai di rumahnya pada Kamis (23/2/2023).
Feri menambahkan, pohon lerak banyak dijumpai di wilayahnya, terutama di hutan-hutan sekitar. Biasanya, buah lerak dikumpulkan oleh warga setempat untuk dijual kepada Feri.Â
"Dalam satu pohon, biasanya menghasilkan sekitar 500 kilogram. Panen buah lerak hanya dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu antara bulan Juli hingga Agustus," ujarnya.
Ia mengaku, pada awalnya, biji lerak tidak terlalu laku. Jika pun warga mengetahui manfaatnya, hanya digunakan untuk keperluan sendiri, tidak untuk diperjualbelikan.Â
"Dalam satu kali pengiriman, jumlahnya mencapai 30 hingga 40 ton. Selama satu musim, rata-rata dilakukan 3 sampai 4 kali pengiriman," tandas Ferianto.
Pohon lerak tumbuh liar di hutan lindung maupun hutan produksi yang memang banyak terdapat di wilayah Sumberwringin. Awalnya, tidak banyak warga setempat yang mengetahui manfaat dan kegunaan buah lerak.Â