Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Manfaat Kuliah Pasca Sarjana (S2) yang Belum Anda Ketahui

17 Januari 2024   18:19 Diperbarui: 17 Januari 2024   18:24 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliah pasca sarjana buang duit saja? Tidak juga. (Foto: Pexels.com)

TERKAIT soal pendidikan saat ini, saya sangat prihatin dengan adanya tren sebagian Gen Z yang sudah muak dengan pendidikan tinggi di universitas dan memutuskan untuk langsung bekerja begitu mereka sudah lulus SMA.

Ada begitu banyak faktor penyebab tren skipping college ini. Di antaranya melambungnya biaya kuliah, merosotnya perekonomian, dan sebagainya. Anda bisa baca selengkapnya di tulisan saya di sini.

Keprihatinan ini senada dengan Presiden Jokowi yang baru-baru ini kaget dengan rendahnya rasio populasi Indonesia yang bergelar S2 dan S3 sebagaimana diberitakan kompas.com. Intinya persentasenya baru 0,45% dibandingkan total populasi kita. 

Presiden pun bertekad mendorong lebih banyak rakyat untuk menempuh pendidikan pasca sarjana hingga nantinya persentase tersebut bisa lebih tinggi dari negara-negara tetangga di ASEAN misalnya Vietnam dan Malaysia yang sudah melampaui 2,4%.

Saya sendiri sudah menempuh pendidikan pasca sarjana (magister). Dari apa yang saya sudah alami, bisa saya katakan saya mendapatkan lebih banyak manfaat daripada kerugian (jika ada) setelah mengantongi titel Magister (S2).

Berikut adalah 5 manfaat memiliki pendidikan yang lebih tinggi menurut pengalaman saya dan beberapa sumber ilmiah yang saya himpun.

Manfaat Pertama: Daya Tawar dan Kepercayaan Diri di Dunia Kerja Lebih Tinggi

Saat saya melamar kerja, memang ijazah S2 di tangan bukan selembar kertas yang secara ajaib mendatangkan pekerjaan impian. 

Saya memang masih harus menjalani proses wawancara dan tes, tetapi bedanya saat saya masih bergelar S1 adalah saya memiliki kepercayaan diri lebih tinggi dalam menjalani semua proses itu.

Begitu pun saat saya bernegosiasi soal kenaikan gaji atau kompensasi lain terkait pekerjaan, saya bisa menggunakan titel S2 saya sebagai sebuah alasan untuk menjustifikasi/ membenarkan pemberian gaji yang lebih tinggi.

Tetapi tentu memiliki gelar S2 di tempat kerja bukan berarti harus menunjukkan arogansi. Kita juga harus terus belajar memperkaya pengalaman di bidang pekerjaan tersebut sehingga aspek penerapan dan akademik sama-sama seimbang.

Manfaat Kedua: Kondisi Kesehatan yang Lebih Baik

Mungkin Anda bertanya: "Bagaimana bisa pendidikan berpengaruh pada kondisi kesehatan?"

Tapi izinkan saya mengutip hasil sebuah studi ilmiah yang dilaksanakan di Jerman dan dipublikasikan tahun 2013 oleh Public Library of Science. Dinyatakan bahwa mereka yang memiliki level pendidikan lebih rendah berpeluang lebih tinggi untuk mengkonsumsi makanan tak sehat dan berkalori tinggi serta lebih aktif secara fisik. 

Sebaliknya, orang yang berpendidikan lebih tinggi memang lebih sedikit bergerak tetapi mereka juga cenderung memilih makanan yang lebih sehat dan berkalori lebih rendah.

Manfaat Ketiga: Risiko Alzheimer's Lebih Rendah

Sebuah studi yang dipublikasikan oleh American Academy of Neurology pada 2 Oktober 2007 menyatakan bahwa orang-orang yang tidak menyelesaikan pendidikan menengah (SMA) memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kepikunan dan penyakit Alzheimer's dibandingkan mereka yang punya pendidikan lebih tinggi. 

Hal ini terlepas dari pilihan gaya hidup dan faktor-faktor lainnya seperti level pendapatan, pekerjaan, kegiatan fisik dan kebiasaan merokok.

Peneliti menjelaskan bahwa orang yang berpendidikan lebih tinggi berpeluang lebih tinggi mempertahankan kemampuan otak mereka lebih lama. Fungsi otak mereka terjaga lebih baik daripada orang-orang yang berpendidikan lebih rendah.

Hal ini diduga keras karena ada pengaruh dari pola hidup yang tak sehat yang cenderung dijalani orang-orang dengan pendidikan lebih rendah.

Manfaat Keempat: Peningkatan Angka Harapan Hidup

Hal baik lainnya jika Anda bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi baik itu S2 atau S3 ialah Anda bisa mempertinggi angka harapan hidup Anda. Ini adalah temuan studi yang dipublikasikan tanggal 7 Juni 2016 oleh Inderscience.

Peneliti mengungkapkan bahwa mengenyam pendidikan tinggi dapat membantu memperpanjang harapan hidup seseorang.

Penjelasannya ialah karena dengan memiliki pengetahuan lebih baik, orang dapat membuat lebih banyak keputusan cerdas mengenai hidupnya.

Keputusan-keputusan ini terutama yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Karena mereka yang lebih berpendidikan akan lebih melek informasi dan bijak dalam membuat keputusan penting untuk memelihara kesehatan mereka. Dengan demikian, mereka bisa hidup lebih lama.

Manfaat Kelima: Risiko Kanker Lebih Rendah

Sebuah studi oleh American Cancer Society yang dipublikasikan 12 September 2007 menunjukkan bahwa dengan mengenyam minimal pendidikan tinggi level sarjana (S1), seseorang bisa menurunkan risikonya menderita kanker.

Dilakukan di AS, studi ini menemukan bahwa warga kulit putih dan kulit hitam yang level pendidikannya cuma 8 tahun atau lebih rendah (artinya mereka tidak lulus SMA) memiliki risiko 3 kali lebih tinggi terkena kanker dibandingkan mereka yang mengenyam pendidikan lebih tinggi (level S2 yang artinya mengenyam bangku sekolah dan kuliah selama 17 tahun).

Nah, bagaimana? Makin berminat kuliah pasca sarjana setelah membaca tulisan ini? 

Tapi dengan catatan, kuliah S2-nya bukan abal-abal atau sekadar beli ijazah atau pakai jasa joki thesis ya. Tapi kuliah yang benar-benar kuliah menggunakan daya intelektual secara jujur dan optimal. Bukan hanya mencari lembaran ijazah untuk formalitas kenaikan pangkat atau promosi kerja. (*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun