Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Pacar Sewaan: Ada Apa dengan Anak Muda Saat Ini?

2 Agustus 2022   10:36 Diperbarui: 2 Agustus 2022   10:40 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pacar, sebuah indikator harga diri bagi anak muda. (Foto: Wikimedia Commons)

PACAR rasanya sudah jadi bahan perbincangan yang jamak di kalangan muda-mudi segala zaman.

Tapi baru-baru ini ada fenomena baru lagi soal pacar yang muncul: persewaan alias rental pacar.

Rental pacar ini tidak cuma menyewakan jasa pacar perempuan tapi juga sekarang ada yang laki-laki.

Mungkin kita yang generasi tua mengernyit mendengar ini, tapi apa sih yang menjadi motif atau alasan di balik munculnya tren satu ini?

Menurut Froyonion.com, fenomena semacam ini sebagian terinspirasi oleh film-film juga. Ada film Love for Sale tahun 2018 yang mengangkat topik serupa di kalangan anak muda dan juga fenomena serupa di negeri sakura sana.

Fenomena pacar sewaan juga sudah merambah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Para penyedia jasa pacar sewaan ini dengan bangga memamerkan rupa dan tampang lalu mencantumkan tarif dan mengunggahnya ke media sosial.

Apakah ini sama dengan pelacuran terselubung?

Tunggu dulu, mari kita cermati sebelum memberikan vonis pada para pelaku pacar sewaan ini.

Kebutuhan akan pacar sewaan sebetulnya muncul dari rasa kesepian di antara anak muda yang hidup sehari-harinya cuma bergelut gawai, game online, pekerjaan atau beban perkuliahan yang menghimpit.

Menyewa pacar membuat mereka bisa mendapatkan kasih sayang meski memang semu belaka.

Pacar sewaan ini tidak setara dengan pelacur karena mereka memberikan jasa seperti menemani kliennya makan, berbagi cerita, atau menonton film kesukaan si klien bersama. Semuanya dengan tujuan agar hidup tidak terasa sepi, datar, hampa, dan menyakitkan.

Tarif pacar sewaan begini ternyata cukup terjangkau karena memang target mereka adalah anak-anak mahasiswa dan pekerja muda, bukan mereka yang sudah mapan secara ekonomi.

Tak heran kalau tarif termurah adalah Rp20.000. Layanan yang bisa dinikmati dengan harga semurah ini adalah bisa leluasa chat atau teleponan dalam durasi 1-2 jam bersama si pacar sewaan soal apa saja, tergantung selera si klien.

Lain lagi kalau sudah membutuhkan kehadiran dan sentuhan fisik, tarif bisa melambung hingga angka Rp1,5 juta.

Aktivitas yang menghadirkan pacar sewaan bisa berupa makan bareng, mengobrol di kafe, berbelanja, sampai menemani saat si klien wisuda dan ke undangan pernikahan agar tidak disangka jomlo karena stigma lajang yang sangat dianggap miring di masyarakat kita.

Harga setinggi itu relatif bisa memenuhi nafkah seseorang di Yogyakarta yang UMR-nya saja kerap jadi olok-olok karena saking rendahnya jika dibandingkan kota-kota besar lain di Indonesia.

Apakah pacar sewaan juga melakoni kegiatan berbau seksual setelah itu?

Menurut pengakuan narasumber yang dikutip Froyonion.com, mereka tidak melanjutkan ke tahap seksual jika tidak ada persetujuan di antara kedua belah pihak. Jadi tidak ada yang merasa terpaksa.

Jadi di sini, kemungkinan berlanjut ke tahap yang lebih 'hot' itu memang ada tapi jika tidak pun tidak masalah.

Kehadiran pacar sewaan ini memang bisa menjadi obat instan pengusir sepi tapi jika memang ada masalah psikologis (misalnya menggunakan pacar sewaan ini sebagai alat melarikan diri dari masalah keluarga), maka seharusnya masalah tadi diselesaikan dulu hingga tuntas melalui konseling atau konsultasi ke psikolog.

Bagi Anda orang tua, fenomena ini seharusnya membuat kita terbuka mata dan pikiran kita agar lebih dekat dengan anak-anak yang Anda punya.

Alih-alih menghakimi, cobalah lebih memahami masalah dan posisi mereka. Lalu bangun komunikasi yang positif. 

Jangan sampai kita lalai dan membiarkan mereka 'tersesat' mencari kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi di rumah tanpa bekal yang cukup dari Anda. (*/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun