Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Adik-adik Mahasiswa, Bedakan Penulisan Artikel dari Laporan

29 Juli 2022   07:13 Diperbarui: 29 Juli 2022   07:37 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEBAGAI pembaca di Kompasiana, saya kerap melihat artikel-artikel dari sejumlah mahasiswa yang ditayangkan di platform blog ini.

Meski disajikan dalam bentuk artikel, ternyata saat dibaca penulisannya masih sangat mirip laporan untuk dosen.

Hal ini sangat disayangkan karena materi dan topik yang disajikan sangat menarik dan berbobot.

Cuma cara menulisnya yang kurang pas untuk format blog, menurut saya.

Dari pengalaman saya sebagai editor untuk sebuah website anak muda, ada banyak kegiatan seputar perkuliahan yang sebetulnya sangat bermanfaat dan seharusnya bisa dibagikan melalui blog.

Saya pernah menerima kiriman naskah artikel yang topiknya bagus tapi penulisannya masih sangat kaku dan formal bak laporan ke dosen.

Tentu saya beri masukan agar ditulis ulang dengan format yang lebih luwes, santai, tanpa mengurangi bobot tulisan mereka.

Eh, mereka malah tidak pernah membalas masukan saya.

Menurut saya, mereka bisa saja bingung menulis ulang.

Kemungkinan kedua, mereka tak punya waktu atau energi lagi. Maklum beban perkuliahan saat ini tidak bisa dikatakan ringan. Saya paham itu.

Tapi buat Anda adik-adik mahasiswa yang ingin menulis artikel blog yang lebih enak dibaca, tidak sekadar menyalin tempel dari isi laporan ke kolom tulisan Kompasiana ini, silakan simak masukan dari saya berikut ini.


UBAH SUDUT PANDANG

Nah, sebelum menulis ulang laporanmu, ubah dulu deh sudut pandang menulismu.

Setop membayangkan kamu menulis untuk dibaca dan dinilai oleh dosen-dosenmu.

Kenapa?

Karena ini bakal membuat tulisanmu kaku, formal, membosankan. Sangat membosankan bahkan kamu sendiri tidak mau membacanya!

Jika tulisanmu menarik dan berbobot, dirimu sendiri bakal membaca berulang kali.

Jadi paham ya, menulislah untuk dirimu atau teman-teman sebayamu. Jangan menulis untuk dosenmu lagi. Kami di Kompasiana bukan dosenmu. Kami ingin informasi yang menarik, disampaikan dengan gaya menulis yang lugas dan tidak akademik, tidak rumit, tidak seperti membaca skripsi atau naskah pidato pejabat eselon.

Ingat ya selalu: tulis sebuah artikel yang kamu sendiri akan baca berulang kali.

MINTA PENGERTIAN DOSEN

Nah, jika kalian disuruh memposting tulisan soal kegiatan kampus (entah itu KKN atau apapun) dan dosen menyuruh untuk mengunggah di platform blog umum seperti Kompasiana dengan gaya formal dan kaku bak laporan, mintalah pengertian bahwa masyarakat/ pembaca umum tidak akan tertarik.

Kenapa?

Pembaca Kompasiana di sini tidak ingin disuguhi tulisan membosankan, adik-adik. Waktu kami sempit. Jadi kami ingin segera menemukan artikel menarik dan menghibur. Kalau cuma untuk membaca artikel rasa laporan yang sudah kami baca saat jadi mahasiswa dulu atau laporan kerja yang kami kerjakan di kantor, buat apa?

Dosen-dosen juga mesti memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk menuliskan pengalaman mereka secara menarik dan menggunakan gaya mereka sendiri. Jangan dikekang dengan menyuruh mereka menggunakan bahasa yang harus sesuai EYD secara ketat.

Justru saat menulis artikel, mahasiswa perlu menjadikannya sebagai sarana ekspresi diri. Dengan demikian, kegiatan menulis menjadi menyenangkan. Bukan beban!

Lagipula buat apa bahasa muluk-muluk tapi pesan yang berbobot malah tidak tersampaikan? Bukankah yang lebih penting adalah agar pesan positif itu tersampaikan dengan baik ke pembaca?


JUDUL

Pertama yang harus diubah dan dipikirkan ulang ialah judul artikel. Tolong jangan cuma meniru judul laporanmu dan menggunakannya sebagai judul artikel.

Misal, daripada menggunakan judul sekaku "JURUSAN X UNIVERSITAS Y MENGGELAR PELATIHAN Z DENGAN TEMA BLA BLA", kenapa tidak mengubahnya "MOMEN-MOMEN SERU DARI PELATIHAN Z", atau "YUK SELALU [...ISI DENGAN PESAN UTAMA PELATIHAN ITU]", atau "TERNYATA MASYARAKAT BELUM PAHAM SOAL [ISI DENGAN TEMA KEGIATANMU]"?

Dengan kata lain, saya menyarankan kalian untuk tidak cuma menyodorkan fakta-fakta standar (5W dan 1H) tapi apa sih yang menarik dan mungkin belum diketahui oleh pembaca?  

Kamu bisa pakai fakta-fakta menarik di lapangan yang kamu temukan saat berkegiatan untuk menarik pembaca. Dengan demikian, judulmu tidak membosankan dan terkesan 'laporan banget'.

NARASUMBER

Di laporan bolehlah kalian kutip pernyataan dosen, dekan atau rektor kalian saat kunjungan atau kegiatan kampus.

Tapi di artikel kalian sebaiknya tidak usah. Gunakan artikel sebagai wadah untuk mengekspresikan hal-hal yang tidak ada di laporan.

Kutiplah pernyataan masyarakat sekitar yang terlibat dalam kegiatan itu juga. Ajak mereka bicara sehingga mereka mau membuka diri dan mengatakan hal-hal menarik yang bisa jadi temuan menarikmu yang bisa memberikan penyegaran bagi pembaca. Bukan kalimat normatif yang 'ini lagi, ini lagi'.

Dan yang terpenting justru perasaan dan opini kalian sendiri sebagai mahasiswa.

Di artikel, tuangkan uneg-uneg kalian dengan etis, logis, dan tetap jujur.

Jika ada hal-hal yang bisa diperbaiki di masa depan, bisa kalian tuliskan di sini.

Misalnya, kalian ada kegiatan KKN ke daerah terpencil, kalian bisa menuliskan bahwa akses jalan dan transportasi umum ke sana memerlukan perhatian pemerintah setempat agar ekonomi masyarakat bisa meningkat.

Dengan mengangkat hal-hal yang seharusnya diperbaiki ini ke platform media baru ini, kalian bisa menarik perhatian dan mendorong perubahan positif. Bukankah mahasiswa adalah agen perubahan? Artikel kalian juga bisa lho jadi pemantik perubahan di sekitar kalian. Ingat itu ya.

MENULIS SEPERTI BERCERITA

Nah, sekarang coba pahami isi laporan kalian lalu menuangkannya kembali seperti menjelaskan isinya kepada teman atau adik kalian. Layaknya bercerita.

Tentu kalau kalian mengobrol dengan teman atau adik kalian, tidak pakai bahasa yang kaku dan membosankan kan?

Ada hal menarik yang diceritakan di artikelmu. Bukan cuma jalannya kegiatan dari awal sampai akhir. Kalau begitu, apa bedanya dengan laporanmu?

Di saat menulis artikel, bayangkan diri kalian bercerita melalui tulisan.

Tentu, tidak akan menarik jika kalian mengangkat topik yang sudah ada di laporan.

Justru kalian bahas hal-hal yang menarik tapi belum ada di laporan.

Dengan demikian, pembaca artikel tertarik dan tidak merasa dipaksa menjadi dosen yang harus membaca laporan KKN.

SERTAKAN FOTO DAN VIDEO

Terakhir adalah unggah juga foto dan video menarik terkait kegiatan itu bersama artikelmu.

Ada baiknya tidak menggunakan foto yang sama dengan foto-foto dalama laporan yang terkesan standar dan membosankan.

Kalian bisa pakai foto bersama warga yang terlibat dalam kegiatan kampus, entah itu dalam foto berdiri bersama atau 'wefie' yang ceria.

Ini tidak haram kok. Bahkan sebetulnya bisa memberikan sisi lain dari sebuah kegiatan kampus.

Nah, semoga artikel-artikel kalian selanjutnya tidak lagi mirip laporan ya! (*/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun