Itulah kenapa menulis panjang demi terlihat cerdas itu lebih mudah. Saya kerap geli dengan anggapan bahwa seseorang yang mampu menulis panjang pastilah orang yang pintar. Salah! Itu justru mirip seperti orang yang hanya tahu sedikit tapi berusaha terlihat sebagai pakar dan ingin menciptakan citra palsu bahwa ia adalah cendekia.Â
BERTANYA SOAL HAL-HAL 'REMEH'
Gladwel beruntung sebab memiliki ayah yang seorang dosen yang memberikannya fondasi kokoh soal cara berpikir kritis, yang sangat penting bagi seorang penulis jika ingin lebih dari sekadar penulis biasa. Tentang ayahnya ini, ia berseloroh bahwa ayahnya bahkan tidak malu saat ingin melontarkan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang bagi kebanyakan orang konyol hanya karena berpikir,"Ya ampun gitu aja nggak tahu sih!" atau "Itu kan udah jelas kali! Kenapa ditanyain lagi?"Â
Justru seorang penulis haruslah berpikir kritis dan skeptis, artinya tidak cuma menerima asumsi atau dugaan yang sudah ada dan meyakininya begitu saja tanpa berusaha memastikannya lagi dengan menanyai orang lain atau melakukan riset.
Dan jika tidak tahu, penulis harus tidak malu untuk berkata,"Saya tidak tahu. Tolong jelaskan." Lalu jika masih tidak paham juga, mintalah tolong sampai benar-benar paham. Itulah teladan dari ayah Malcolm Gladwel yang patut kita tiru bila ingin menjadi penulis hebat.
Mengetahui ritual menulis Gladwel saja tidak akan membuat kita menjadi penulis kampiun. Nah, Anda dan saya bisa memulai mempraktikkannya mulai dari SEKARANG. (sumber foto:Â Wikimedia Commons/ akhlis.net)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H