Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Metta Dharmasaputra tentang Suka Duka Peliputan Investigatif

27 Desember 2014   21:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:21 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus lain  adalah lenyapnya 250 juta dollar dalam bentuk deposito milik Semen Cibinong. Uang sebesar itu hilang begitu saja tanpa jejak. Kasus ini menguap begitu saja.

Metta juga menyebutkan kasus lain yang ia namai Dipoinet. Kasus ini ia anggap sebagai kasus terbesar dalam sejarah pasar modal Indonesia. Ia menuliskan laporan tersebut dengan berkolaborasi bersama kawannya dari The Jakarta Post dan Kompas.

Banyak kasus investigasi lain yang ia turut ungkap. Misalnya, kasus Hartati Murdaya yang juga ia sebutkan pernah melanggar kepabeanan dalam kasus Nike. Ada pula kasus impor mobil mewah tahun 2008. Namun, sayangnya kasus-kasus itu tidak ‘meledak'.

Pengalaman Metta lainnya dalam jurnalisme investigasi adalah kasus minyak zatapi. Latar belakangnya ialah naiknya BBM saat tahun 2004. Ia menyelidiki hingga 5 tahun lamanya hingga suatu saat ia mendapatkan informasi bahwa ada kapal tanker berlabuh di Cilacap yang isinya minyak yang tidak bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya dan tidak dikenal di pasar minyak dunia. Ia mengirimkan reporter dengan perahu nelayan untuk memastikannya. Dan memang ada.

Sayang seribu sayang, berita tentang kasus itu terkubur “karena dijaga dengan sangat ketat”, ujarnya padahal sudah ditangani KPK dan Mabes Polri.

Usut punya usut ada 4 orang yang terlibat dalam kasus impor minyak itu. Salah satunya menurut Metta adalah Mohammad Reza yang dikenal dengan bisnisnya Kidzania. Nama ini familiar di bisnis perminyakan, terang Metta.

Sosok-sosok ini seperti hantu, karena ada namanya tetapi tidak pernah atau jarang sekali tampil di muka publik karena tinggal bersembunyi di Singapura.

Ia mengaku menyelidiki kasus zatapi yang melanggar sejumlah proses ini dari Jakarta, Cilacap hingga Malaysia, Singapura dan Australia dengan bantuan sejumlah koresponden.

Metta menegaskan pentingnya sebuah tim khusus dalam peliputan semacam itu. “Karena itu saya amat mendorong teman-teman media untuk membuat tim-tim investigasi khusus di dalam medianya masing-masing karena sulit jika ini harus dikerjakan di sela rutinitas sehari-hari.”

Perusahaan pengimpor minyak tadi juga sebenarnya adalah perusahaan yang masuk dalam daftar hitam tetapi cuma berganti kulit. Ini sudah menjadi kelaziman dalam proses tender minyak di Indonesia. Perusahaan yang sudah mengelola miliaran dollar itu juga dijalankan di tempat yang tak mencolok seperti sebuh ruko biasa.

Indonesia masih perlu penataan data bisnis agar pelacakan kasus-kasus semacam ini juga bisa dilakukan lebih mudah, kata Metta lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun