Mohon tunggu...
Anik Yulianita
Anik Yulianita Mohon Tunggu... Penulis - Pribadi

Siangku untuk mewujudkan dunia dan ketika malam tiba Allah memberikan pakaian untukku :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kisah Sedih Teman Terbaik

18 Maret 2020   07:12 Diperbarui: 10 April 2022   23:55 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kadang kita tidak tahu apa maksud seseorang datang pada kehidupan kita karena berlalunya yang begitu cepat. Tapi, memang begitulah realita... Allah kadang mempunyai cara sendiri menghadirkan seseorang pada diri kita yang entah itu sebagai sebuah kebahagiaan, kesedihan atau bisa jadi orang yang membuat kita menjadi baik dan sebaliknya bisa saja menjadikan kita buruk sebagai hamba-Nya.

Beberapa waktu yang lalu Soraya mendatangi sebuah rumah sakit untuk memastikan keberadaan salah seorang tabrak lari yang tidak lain adalah sahabatnya.

Ceritanya demikian ;

Lusa sebelum Andini berpulang karena kecelakaan, Andini yang datang dari Boyolali menumpang menginap di rumah kost Soraya. Soraya dan Andini adalah sahabat waktu sama-sama kuliah di sebuah Universitas di Solo.

"Ya ampun Din, lama ya kita gak ketemu? Seneng aku kalau kamu sampai bisa kerja di Jakarta, kita bakalan dekat lagi." Soraya memeluk sahabatnya itu.

Andini pun tak kalah senangnya, "Aku juga gak bakalan tahu Ya kalau aku dapat panggilan wawancara kerja di Jakarta. Do'ain ya agar aku bisa keterima kerja agar kita bisa sama-sama lagi."

"Pasti! Pasti aku do'ain buat kamu." kedua mata Soraya tiba-tiba berkaca. Dia tidak maksud apa yang terjadi karena perasaannya mungkin hanya sekedar ungkapan kerinduan.

Keesokan harinya, sebelum Soraya berangkat kerja dia memastikan sarapan dan keperluan Andini.

"Ini aku masak sendiri loh buat kamu, maaf ya aku hanya dadar telur untuk sarapan. Ohya, nasinya ambil sendiri yaa..." kata Soraya.

Andini pun senang dengan hidangan sarapan sederhana yang disediakan oleh Soraya. Keduanya sarapan bersama-sama lalu bersiap berangkat. Dan sebelum Soraya berangkat menuju tempat kerjanya dia pun menyediakan waktu untuk Andini terlebih dahulu. Soraya mengantar Andini  ke sebuah gedung perkantoran tempat Andini wawancara kerja dengan naik sepeda motor.

"Semangat yaa..." Soraya menyemangati Andini.

Malam harinya ketika Soraya pulang bekerja karena harus lembur sampai pukul 20:00. Sampai di rumah kost Soraya tidak mendapati Andini di rumah kostnya.

"Haduhhh... Ke mana sih kamu? Angkat dong teleponnya." awalnya Soraya hanya butuh kunci kamarnya yang dibawa Andini.

Malam semakin larut, Soraya yang terpaksa numpang rehat di kamar teman kostnya Fina masih terus menunggu kepulangan Andini.

"Dia nyasar kali yaa... " Fina membuka suara setelah beberapa saat suara hening.

"Gak mungkinlah." tepis Soraya, "Jarak kost-an ini ke tempat dia interview kerja-kan hanya lima belas menitan. Jauhan tempat kerja gue malah. Apa lagi tadi pagi gue anterin sendiri dianya, jadi kalau pun dia lupa jalan kan bisa naik ojek online."

Beberapa saat kemudian.

"Sudahlah Ya gak usah khawatir kayak gitu... Paling temanmu lagi ketemu dengan temannya yang lain." Fani teman kost Soraya mengingatkan Soraya agar Soraya tidak perlu khawatir.

"Dia baru kali ini ke Jakarta Fan dan dia gak punya teman selain gue di Jakarta." Soraya menjelaskan lagi.

"Hah?! Seriusan lo?!" Fani yang tadinya berbaring santai di atas tempat tidur langsung bangun dan berdiri. Fani kemudian menarik lengan Soraya, "Lo tahukan nama kantor teman lo dipanggil interview kerja?"

Lima belas menit kemudian Soraya dan Fani sampai di sebuah gedung perkantoran tempat Andini menghadiri wawancara kerja.

"Sepi Ya." kata Fani, "Coba tanya security dulu kantornya masih buka gak."

Beberapa saat kemudian.

"Maaf Mbak, kantor Wira Cakra sudah tutup." jawab security.

Soraya semakin bingung dengan keadaan Andini. Di atas sepeda motor Fani saat perjalanan pulang ke rumah kostnya Soraya diam tanpa kata-kata. Sampai keesokan harinya Soraya mendapat telepon dari salah seorang kerabat Andini yang dikenalnya.

"Innalillahi wa innalillahi raji'un." badan Soraya langsung lemas mendengar kenyataan bahwa Andini sudah berpulang.

Fani memeluk Soraya dan menenangkannya lalu mengajaknya ke rumah sakit di mana jasad Andini berada.

"Ke rumah sakit yuk sebelum Andini dibawa pulang ke Solo." kata Fani kepada Soraya.

Sepanjang jalan menuju rumah sakit Soraya menangis. Pipinya lembab, matanya merah dan sangat terlihat kesedihannya.

Sampai di rumah sakit dilihatnya kerabat Andini.

"Mbak Diani." Soraya menghampiri kakak Andini. Diani merupakan kakak tingkat Soraya waktu kuliah di Solo. Sekarang Diani tinggal di Bandung karena ikut suaminya.

Soraya dan Diani saling berpelukan dan berusaha ikhlas atas kepergian Andini.

"Terima kasih ya Ya sudah menjadi teman baik Andini?" Diani menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Soraya.

Setelah segala registrasi di rumah sakit selesai. Jasad Andini kemudian langsung dibawa pulang ke Boyolali. Soraya pun ikut ke Boyolali sebagai penghormatan terakhirnya ke Andini apa lagi terakhir Andini bersamanya.

Secara tiba-tiba nada dering ponsel Soraya berbunyi. Ketika Soraya melihat layar ponselnya ternyata hanya sebuah pesan yang masuk dan pesan tersebut dari nomer Andini yang menyampaikan ucapan terimakasih kepadanya.

Air mata Soraya makin bercucuran tapi dia tidak mengungkapkan apa-apa pada siapa pun dengan apa yang didapatkannya. Meski secara logika dia berpikir hal tersebut dilakukan oleh Andini yang sudah terbujur kaku di hadapannya.

Setelah pemakaman Andini, tak berapa lama kemudian Soraya kembali ke Jakarta. Dia pun disambut oleh Fani yang memang masih mengkhawatirkannya.

"Ini, tadi Ibu kost duplikat kunci kamar lo." Fani memberikan kunci kamar Soraya yang sudah diduplikat Ibu kost-nya.

Soraya langsung masuk kamar.

Fani tahu keadaan Soraya, dia ingin sendiri jadi Fani meninggalkan Soraya yang sudah masuk ke kamarnya.

"Kenapa kamu pergi begitu cepat?" mata Soraya berkaca lagi, lalu dia mengingat malam terakhir bersama Andini yang cerita banyak kepadanya. Dia juga ingat ketika dia dan Andini sarapan bersama kemudian mengantarkan Andini ke tempatnya melakukan wawancara pekerjaan.

Lalu tiba-tiba Soraya melihat tas pakaian Andini yang tertinggal di kamarnya.

Di dalam tas tersebut terdapat buku harian, di mana salah satu curhatan tertulis dengan jelas bahwa Andini sangat senang mendapat panggilan kerja di Jakarta karena dengan begitu jika dia diterima kerja dan memang harus kerja di Jakarta maka dia akan dekat dengan Soraya. Di halaman terakhir buku harian Andini tertulis 'TERIMA KASIH SORAYA, KAMU SUDAH MENJADI TEMAN TERBAIKKU."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun