Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia Kekinian, Butuh Setengah Elon, Setengah Kiichiro, Melawan Disrupsi

22 Februari 2022   10:30 Diperbarui: 13 Maret 2022   07:26 1990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Toyota sangat mementingkan perencanaan matang ketika mereka berinvestasi waktu, tenaga, pikiran, dan dana di awal, untuk memastikan mereka mempunyai desain produk terbaik dan sempurna. 

Sebelum kemudian mulai menjalankan proses produksinya dan ketika produksi sudah dimulai tak boleh ada kesalahan.


Prinsipnya "Do It Right the First Time", lakukan segala sesuatunya secara sempurna sejak awal, untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Semacam sifat perfeksiosis manusia yang jamak.


Kebalikannya, jargon yang sangat populer di lini produksi Tesla, justru bergerak ala Sillicon valley ketika mengembangkan software,

"Move Fast, break things"--"Fail fast, earn faster"--"Launch early iterate later"

Jargon itu mendikte sumber daya manusia, karyawan, proses produksi, dampaknya muncul masalah paska produksi. 

Bandingkan saja dengan Toyota way, Toyota bisa memproduksi 10 juta kendaraan setahun tanpa ada masalah. Tesla yang memproduksi cuma 25 ribu kendaraan di tahun 2017 punya segudang masalah.

Meskipun banyak pembelajaran dari kesalahan, namun pelajaran terbaik adalah, tidak punya masalah sama sekali, apalagi sifanyanya sangat subtil. 

Tapi dengan keras kepalanya, seperti biasa Elon Musk punya pandangan yang berbeda, dia tidak melihat masalah dengan cara yang sama seperti orang lain. Ketika Elon Musk gagal menunjukkan kekuatan jendela kaca cyber truck pada saat event demonstrasi, padahal dalam sebuah industri otomotif, itu menjadi bahan "lawakan" terbesar.

Bayangkan saja, setelah kaca pecah di palu pertama, di palu berikutnya apa lagi, tapi Elon cuma nyengir dan katanya bak seorang pelawak, "namanya juga uji coba, ini cuma untuk memastikan bahwa buatan kami nanti akan lebih baik dari kaca murahan ini", sesederhana itu. 

Bagaimana jika terjadi dengan Toyota way?. Barangkali tidak usah dibayangkan, karena kejadian itu hampir tak akan pernah terjadi. 

Tes aerodinamika, hingga ketahanan material sudah dilakukan sejak awal, jadi tak perlu kuatir akan terjadi blunder. 

Kecuali untuk hal tehnis berkaitan dengan mekanisasi yang bisa saja terjadi masalah, ketika bereaksi dalam proses dengan sistem lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun