Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Bermuka Dua dan Nasib Jurnalisme Berkelanjutan

14 Februari 2022   00:19 Diperbarui: 17 Februari 2022   00:49 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jurnalisme sastrawi yang sangat rigid tentang detail, menjadi seperti artikel tabloid yang terbit mingguan. Sementara artikel dan berita cepat, seperti berita harian.

Bahkan demi kepuasan jurnalisme bergenre sastrawi, The New Yorker yang terbit sejak 1925 memiliki jabatan fact checker dalam mekanisme kerja mereka yang khusus bertugas mengecek mengenai kebenaran fakta yang dimuat dalam sebuah tulisan mulai dari ejaan nama-nama, angka, warna, buku, argumentasi, kutipan, dan sebagainya guna memastikan keakuratan fakta yang sampai di hadapan para pembacanya.

Tantangan Hari Pers Nasional 2022

Menjaga marwah jurnalisme berkualitas-berbobot menjadi tantangan tersendiri. Namun dalam ruang-ruang media digital, media mainstream seperti Kompas, juga melakukan hybridasi, dengan menyediakan dua versi penyajian beritanya. Versi lawas media cetak dan  versi digital, seperti Virtual Interaktif Kompas (VIK).

Inisiatif-inisiatif baru dalam jurnalisme bermunculan baik dalam bentuk media baru, maupun sebagai inovasi produk dan organisasi di institusi mapan. Inisiatif ini, agar bisa sustainable dalam dunia yang bergerak luwes tapi super cepat. 

Tapi apakah sustainable hanya dimaknai sebagai kesintasan, agar media tetap eksis dan para jurnalis terpenuhi kesejahteraannya?.

Media besar Deutch Welle Akademie menyusun sebuah model "jurnalisme berkelanjutan." Mereka mengistilahkannya "Media Viability", tetapi secara konsep adalah keberlanjutan yang lebih daripada soal uang. Dalam model itu, keberlanjutan media dilihat dari lima dimensi dan mencakup tiga level; organisasi, jaringan dan lingkungan. Bagaimana bertahan, bagaimana jaringan menjadi kekuatan untuk bertahan dalam persaingan dan bagaimana mengakomodir, "apa maunya" pembaca.

Setidaknya setelah 30 tahun jurnalisme memasuki era digital, soal "keberlanjutan media" adalah tantangan yang super berat. Media konvensional berguguran dimakan digitalisasi. Kegagalan digital selalu difokuskan pada mengupayakan keberlanjutan jurnalisme dari sisi proses kerja dengan wartawan sebagai buruhnya. 

Meski tren baru penggunaan teknologi digital dalam jurnalisme berkembang, seperti; data journalism, computational journalism, sensor journalism, VR journalism, secara umum teknologi--jika dieksplorasi--lebih banyak bisa digunakan untuk menghemat ongkos. Pertanyaan pentingnya, apakah digitalisasi bisa membuat jurnalisme berkelanjutan?.

Seiring perkembangan, dengan keterbatasan dan gaji murah, media digital diminta mengejar untung. Model bisnis yang terbayang awalnya iklan--sama dengan cetak--dan iklan ditentukan oleh klik. Tulisan pendek dan judul bombastis berkembang pesat. 

Lantas dimana pusat pertarungan sesungguhnya?. Korporasi media jadi bermuka dua. Punya produk jurnalisme berkualitas di publikasi cetak sekaligus konten pendek dan bombastis di versi daring. Bahkan media kecil yang ligat dan bergerak dinamis, bisa menjadi pembunuh media raksasa yang terlalu protokoler, dengan juknis yang rumit. Dengan kata lain, seolah para pemimpin redaksi hanya bertindak menjadi "admin", menyortir berita dengan cepat dan meloloskannya ke pusat pemberitaan digital dan cetak, sebelum didahului mdia lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun