Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Konvoi Mobil Mewah adalah Gejala "Conspicuous Consumption"

30 Januari 2022   01:07 Diperbarui: 31 Januari 2022   04:03 1667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konvoi mobil mewah. Sumber: autoevolution via Kompas.com

Sehingga para pakat sosiologi ada yang menyebut fenomena ini sebagai "penyakit sosial".

Mengapa flexing menjadi masalah layaknya penyakit?. Menurut psikoterapis, Lisa Brateman, perilaku pamer justru membuat pelaku flexing salah membaca (pikiran) orang lain.

Akibatnya, bukan simpati, justru membuat pihak lain menjadi antipati. Bahkan yang terburuk dapat menimbulkan kerusakan pada hubungan profesional sekaligus personal.

Semacam gap, kaya-miskin yang melebar, menjadi kesenjangan horizontal. Bukan tidak mungkin, kebencian itu berubah menjadi aksi anarkis, karena kecemburuan sosial yang "diciptakan" melalui fenomena konvoi yang tidak ber-empati dan salah waktu.

bombastis
bombastis

Fexing yang Baik dan Benar

Tapi apa iya, para pemilik mobil mewah yang konvoi di jalanan utama Jakarta itu tidak paham, bagaimana seharusnya menggunakan jalan raya dengan baik dan benar?. 

Memangnya ada cara pamer yang baik dan benar?.  Peggy Klaus,  dalam buku "Brag!: How to Toot Your Own Horn Without Blowing It", menjelaskan, karena flexing juga  lahir dari medsos dan menjadi akut ketika menjadi kebiasaan, maka sekedar bersikap kritis, bijak dan pengertian saja cukup menjadi solusinya. 

Tapi sayangnya, para pelaku konvoi, abai terhadap kepekaan  sosial. Patut di sayangkan karena fenomena ini menjadi preseden yang tidak perlu terjadi hanya karena sebuah euforia.  

Kontrol publik yang menyoroti fenomena ini secara kritis, cukup menjadi "cambuk" yang menyadarkan empati mereka tentang kepedulian, tentang kondisi sosial yang sedang tidak  "normal".

Barangkali para pemilik mobil mewah harus menyadari, bahwa ada sejenis penyakit sosial yang tengah menghinggapi mereka, akibat gejala hedonis, kalau bukan flexing, pastilah conspicuous consumption itu penyakitnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun