Apakah langkah ambisius IKN Baru-Nusantara , sekaligus menjadai jalan baru pembangunan Indonesia Timur?, dengan begitu banyak kelemahannya.
Titik Lemah Kebijakan WIT
Pemerintah mengidentifikasi empat masalah pembangunan yang dihadapi daerah Indonesia Timur, terutama wilayah Sulawesi dan Papua, seperti diungkap Thahjo Kumolo ketika menjabat sebagai Mendagri. Kendala utama pembangunan yang spesifik sesuai karakteristik daerah, masih berada pada titik lemah, infrastruktur, ketersediaan energi listrik, tumpang tindih perizinan, dan perencanaan kota/wilayah dalam jangka panjang.
Dalam kerangka pembangunan transportasi laut saja, gaungnya baru belakangan mulai santer diwacanakan, ketika mulai diintegrasikannya inovasi mergerisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pelindo.Â
BUMN operator pelabuhan Pelindo I-IV melakukan sebuah langkah integrasi dengan menggabungkan 4 BUMN pelabuhan tersebut menjadi satu, sebagai bagian dari percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Alasan lain pertumbuhan ekonomi Indonesia Timur masih masih minus, karena pemerintah belum  mengoptimalkan serapan produk komoditas wilayah tersebut di pasar domestik. Ekonom Institute for Development Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai bahwa faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi minus adalah rendahnya harga komoditas perkebunan mulai dari karet, kopra, cokelat dan sawit.Â
Pertumbuhan ekonomi di beberapa wilayah timur lainnya, juga masih tercatat negatif atau minus karena masih bergantung dengan pertambangan.
Pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Maluku dan Papua, misalnya, tercatat minus 10,44 persen year on year (yoy) lantaran melemahnya aktivitas sektor pertambangan.Â
Di Papua, pertumbuhan ekonomi yang minus 20,13 persen disebabkan oleh turunnya produksi tembaga dan emas Freeport Indonesia masing-masing sebesar 53 persen dan 72 persen yoy. Sementara di Papua Barat, pertumbuhan ekonomi minus 0,26 persen yoy lantaran turunnya produksi liquefied natural gas (LNG). Tirto.id
Pembangunan juga masih belum terintegrasi dengan baik, seperti pembangunan jalan trans Papua, dibangun tapi industri di sekitar jalan belum support menyebabkan serapan produksi jadi kurang optimal.Â
Di samping itu, keberadaan infrastruktur di Indonesia Timur yang tak disertai dengan pertumbuhan industri manufaktur juga menghasilkan pertumbuhan yang rendah.