Budaya adalah "perekat" yang mengikat sekelompok orang menjadi satu pemahaman. Jadi setiap kelompok memiliki identitasnya sendiri, dan akan bereaksi jika bertemu dengan budaya lain. Beda budaya atau silang budaya bisa dalam perspektif lintas budaya, antara dua negara dalam media massa atau medium lain yang bisa saling berinteraksi.
Ketika kita melanjutkan pendidikan tinggi ke negara lain, kita belajar bahasa dan budayanya sekaligus. Seperti pengalaman ADS di Ausie. Bahwa budaya "nge-teh" di luar, ternyata ada "black dan white", sementara di Indonesia, juga punya budaya yang sama, tapi beda sebutan dalam bahasa. "Teh susu" (white tea), "teh hitam" (bisa jadi teh pahit atau teh olong, China), atau "teh saja", sebutan teh (normal). Satu saja dalam "urusan' teh bisa ribut, konon lagi beda substansial-cara pikir, politik.
Tidak itu saja, belajar bahasa dan budaya juga sama artinya kita belajar menguasai empat keterampilan; berbicara, menyimak, menulis dan keterampilan menulis dan kemampuan membaca.
Pemahaman lintas budaya tidak hanya mengacu pada kemampuan dasar orang untuk mengenali, menafsirkan, dan bereaksi dengan benar terhadap orang. Bisa berupa kejadian atau situasi yang dapat memicu timbulnya debat kesalahpahaman karena perbedaan budaya.
Mungkin sebagian kita punya pengalaman meskipun dalam konteks lelucon. Apa kata pertama yang diajarkan teman asing, ketika belajar bahasa, selain ucapan selamat datang, selamat pagi,siang dan malam?. Bisa jadi kata-kata "aneh dan jorok". Bayangkan jika kata aneh tersebut kita gunakan untuk menyapa orang yang baru kita kenal, padahal arti sebenarnya "jorok", bisa timbul huru hara.
Ada aturan main dalam penggunaan bahasa secara efektif dan peka untuk memfasilitasi komunikasi yang sensitif, yaitu;
Pertama; waspada, memilih kata dengan hati-hati, menghindari idiom, bahasa gaul, jargon, akronim, menghormati kaidah dasar tata bahasa dan sintaks standar yang benar, bersikap sopan dan formal.
Kedua; menghindari informalitas, hindari lelucon dan humor, dengarkan, dan berusaha menjadi pendengar yang baik sambil meresapi ilmu barunya. Kunci ini untuk menghindari kejutan budaya dan kesalahpahaman yang tidak perlu.
Tentang Cross Cultural Understanding
Pentingnya mempelajari cross cultural understanding dalam konteks pendidikan, paling tidak membangun perspektif tentang budaya dan bahasa, yang tidak sempit. Sejenius apapun jika tak paham budaya juga akan menghadapi masalah, minimal masalah sosial.
Meskipun budaya bukan dasar dari pembelajaran bahasa, namun lebih pada memahami konteks, bagaimana berkomunikasi dengan pemilik bahasa ibu, karena ekspresi yang berbeda-beda, kita tidak bisa menerjemahkan satu persatu atau leksikal, karena sangat erat kaitannya dengan adat dan budaya serta situasi dan kondisi.Â