riaueksis.com
Kejutan budaya, menjadi salah satu pengalaman awal saat menjejakkan kaki di Bandara Ausie. Ketika masuk dalam barisan antrian pembeli kopi di sebuah coffee shop, ia dihampiri seorang waiter yang akan mencatat orderannya. Ketika ditanyakan, jenis pesanannya, dan menjawab "teh", ia lantas bingung dengan pertanyaan waiter, "tehnya hitam atau putih"?. Dan saat ia masih dilanda kebingungan, waiter itu keburu pergi. Sebagai mahasiswa dengan nilai IALF-Indonesia Australia Language Foundation baik, ia merasa tak paham arti "teh hitam dan putih". Belakangan ia tahu maksud pertanyaan waiter itu, bahwa black tea adalah teh 'asli', dan white tea adalah teh dengan tambahan susu. Sesederhana itu!.
Dan tahukah Anda, kebiasaan di Ausie untuk menyebut ajakan makan malam (dinner) dengan "tea time". Jadi, "It's cuppa time", bukan sekedar ajakan minum segelas teh!.
Bukan Tentang Bercakap Saja
Mengapa belajar budaya penting, karena  tiap budaya  punya interpendensi, sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, tapi punya karakteristik  beda. Wujudnya bisa berupa bahasa, pola interaksi manusia yang tersembunyi, ekspresi, nilai budaya, perbedaan cara pandang orang karena, beda bangsa, suku, dan agama. Wujud lainnya, cara berkomunikasi verbal maupun non-verbal, berupa tanda, dan simbol.
Budaya juga punya aturan yang lebih lunak seperti soal bahasa. Mengapa?. Karena bahasa tidak bisa digeneralisasi atau jadi stereotif belaka. Tidak  ada  kebenaran  yang  absolute  atau  kesalahan absolute  dalam  budaya.Â
Bisa jadi yang ada, apakah budaya kita cocok atau tidak dengan budaya orang. Maka, memahami silang budaya atau Cross Cultural Understanding (CCU), menjadi sebuah jalan keluarnya. Karena budaya bisa diserap, dipelajari dan diadaptasi.
Memang ada kelompok Etnosentris, dan penyakitnya adalah Xenophobia, menganggap kelompoknya lebih daripada yang lain, dan benci dengan orang asing. Demikian juga ada kelompok In-group dan Out-group. Di Aceh ada istilah; menyoe khon ie, leuhop-jika bukan air, pastilah lumpur, untuk mengkategorikan siapa kita, siapa mereka.
Lainnya, berupa anggapan Self Awareness;  menganggap  budaya  sendiri  paling  tinggi  secara moral di banding yang lain. Sementara yang lain berpihak pada Cultural Relativism,  menolak cara ethnocentrisme dan menekankan bahwa, tidak ada standar perbandingan budaya. Budaya kelompok tidak bisa digunakan untuk mengevaluasi budaya lain, karena jelas berbeda.
Apa Pentingnya CCU Dalam Pendidikan?