Bahkan suatu ketika saya pernah berkeinginan diskusi soal ini, tapi setelah dipikir-pikir nantinya malah justru membuat saya serba salah, karena mereka "menyadari" ada beda budaya soal basa-basi, dan kita sudah mendiskusikannya, sambil "meluruskan" atau mengingatkan soal tawar- menawar dam wujud basa-basi.Â
Ketika kita makan, mereka jadi teringat sama beda budaya itu, maka mereka juga akan basa-basi minimal dengan hanya mempersilahkan kita  makan.
Bahkan untuk makanan kecil jenis keripik saja, saya masih tetap serba salah. Padahal teman bule itu nyaris setiap hari mengunyah cemilan kacang dari toples yang selalu tersedia di depan mejanya dan tak pernah sekalipun menawari ke saya, bahkan sejak pertama kali masuk kantor.Â
Sementara saya  yang juga punya toples kacang lebih lama umurnya dari kehadiran mereka tetap saja merasa "bersalah" jika tak berbasa-basi. Bahkan mereka tak pernah menyentuh walaupun kita tak ada disana, dan sudah kita kasih izin.
Mereka biasanya makan dengan santai, bahkan ketika kami ngobrol atau sedang mendiskusikan sesuatu, dengan santainya ia tega ngemil dengan memegang toplesnya sekalian.Â
Bayangkan apakah kita bisa memegang toples di depannya sambil ngobrol dan sesekali ia akan melihat ke arah toples kita dan melihat kunyahan kita, tapi tak terbersit, masa sih aku tak ditawari?.
Pacaranpun bisa go ducth
Mungkin akan beda nuansanya dalam konteks jika bayar sendiri-sendiri itu dalam situasi atau hubungan antar-orang yang terlibat, apakah termasuk ke dalam jalan-jalan kasual dengan teman atau kencan dengan kekasih.Â
Bahkan di barat, bule pacaran juga biasa bayar sendiri-sendiri. Kalau dipraktekkan di Indonesia, setelah kencan pertama lalu berakhir tragis dengan kata penutup', loe, gue end!!
Secara teori manusia tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan budayanya masing -masing sehingga membentuk dan menciptakan cara berpikir dan bertingkah laku yang khas.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!