Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saatnya "Mak Irit" Bekerja Dalam Manuver Para Politikus Muda

13 Januari 2022   11:49 Diperbarui: 13 Januari 2022   21:24 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Garis keras yang hanya menyerang dengan tujuan menjatuhkan saja. Atau menyerang, sebagai masukan dengan penawaran solusi. Pembuktiannya?, jika pemerintah yang sedang berjalan, menerima masukan dan dianggap logis dan proporsial lantas dijalankan dan berhasil, itu menjadi sebuah kebaikan bersama dalam membangun negeri. Jika tidak akan digunakan ruang mediasi menjembatani ketemunya dua perbedaan.

Contoh kecil, bicara kontestasi 2024, tapi kendaraan orang yang disasar juga belum ada, ini juga sebuah tanda tanya, kemana arah dan fokusnya. Ibarat lemparan bumerang, ia akan kembali ke si pelemparnya.

Jika serangan atau manuver dimaksudkan untuk mendistorsi elektabilitas Anies, jangan lupa juga, Anies Baswedan adalah produk dari sebuah proses demokrasi. Anies dipilih oleh mayoritas masyarakat DKI Jakarta. Bukan ditunjuk apalagi menunjuk dirinya sendiri sebagai kepala pemerintahan.

Demikian juga soal APBD, ada undang-undang yang mengatur, semua ada mekanisme, seperti kata Pasha. Jika dalam realiasasi ada rencana pembangunan yang tidak berjalan atau belum terakomodir, maka dapat disampaikan  kepada Dewan yang mewakili aspirasi. Dalam kerja-kerja politik ada perangkat regulasi yang harus dimainkan, itulah gunanya UU sebagai aturan main, sekaligus sebagai "mainan".

Semestinya para politikus muda-tua dengan manuver-manuver yang bikin bingung publik , harus belajar dari  kearifan ilmu Mak Irit, jika ada beda persepsi politik yang krusial, yang besar usahakan dikecilin. Supaya eskalasinya tidak meledak, dan bikin publik bingung dengan laku politisi yang semestinya memberikan pendidikan politik yang baik, bukan sebaliknya.Sekalipun itu bagian dari strategi. Situasi pandemi belum pulih, ekonomi masih morat marit, sekolah masih bingung PTM 100 % apa kembali belajar daring, Omicron-pun masih mengintai.

Sebaliknya jika ada masalah yang kecil namun memiliki impact besar bagi pembangunan, kesejahteraan rakyat banyak dan membutuhkan partisipasi, perhatian dari semua orang, biarlah  kedigjayaan ilmu Mak Erot  membesarkannya.

Sekarang terserah pada semua politikus, termasuk Giring, Anies dan siapapun, apakah mau mempraktekkan ilmu Mak Irit atau justru memanfaatkan ilmu Mak Irit?. Dikondisikan saja, biar pandemi berlalu, ekonomi bangkit lagi, sekolah normal lagi dan kita siap mengadu "jago" di 2024, kurang lebih dua tahun lagi. Be patient, jangan pada curi start. Pamali nanti kena semprit dan diulang lagi. Salam demokrasi!.

Referensi; 1, 2, 3, 4, 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun