malangtimes.com
Dalam praktiknya, Mak Irit sejatinya adalah spesialisasi "mengecilkan yang besar", sebaliknya Mak Erot,  justru  spesialisasi "membesarkan yang kecil", jadi biarlah kali ini Mak Irit yang bekerja.
Saya sebenarnya penggemar Giring "Nidji" Ganesha, sewaktu masih ngamen di band. Dengan rambut keriting, Giring selalu tampil eksentrik di panggung, dengan mikrofon yang dibawa kemana-mana, dengan gaya bebasnya. Ternyata belakangan sesudah masuk dunia politik, gaya panggungnya masih di bawa-bawa, tetap eksentrik dengan suara khas dan gayanya.
Jadi susah jika kita harus "ngompol"-ngomong politik, karena selalu ada yang dibawa-bawa atau terbawa-bawa. kalau istilahnya bukan dipolitisasi, dipolitisir, Â apalah namanya, Â intinya kalau sudah berurusan dengan masalah, terus figurnya dari parpol dengan bendera tertentu, langsung isunya berubah menjadi politik. Ingat BRIN kemarin kan?.
Jadi kita susah netral, (dari pandangan sepihak orang lain), karena orang yang golput-golongan putih yang katanya netral dan tidak memihak siapapun, juga dianggap berpolitik. Nah Lho.
Sekarang kita bicara Giring bukan dalam kapasitas sebagai anggota grup band Nidji, tapi sebagai Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Belakangan santer ia "ngompol" soal Anies Baswedan, yang tak lain Gubernur DKI Jakarta. Ranah mereka sekarang berdekatan, parpol-Legislatif  dan pemerintahan-eksekutif, bukan artis dan praktisi pendidikan.Â
Sedangkan kita berusaha berdiri diantaranya, meski bukan dalam kapasitas sebagai seorang pengamat politik, tapi sekedar memanfaatkan ruang kebebasan bersuara. Maka dari itu  kita akan ikutan "ngompol" bersama mereka.
Simbiosis Mutualis Tersembunyi?
Sosok Giring Ganesha dikenal sebagai politisi yang kerap menyampaikan kritik tajam pada kebijakan Gubernur DKI Anies Baswedan. Sebelumnya diketahui, dalam sebuah pidato, Giring Ganesha menyampaikan kritik pada seorang tokoh yang diduga kuat adalah Anies Baswedan.Â