Saya sih tidak terlalu bersemangat. Berjalan gontai, setengah menyeret diri, saya membaur bersama ribuan ABG wangi dan berisik yang sangat bersemangat berebutan tempat di bagian depan panggung utama.
Lima puluh meter dari bibir panggung rasanya sudah terlalu dekat. Tiga lagu rasanya sudah terlalu banyak. Akhirnya, dengan sangat bersemangat, saya meninggalkan Dashboard Confessional dan segala kegalauannya, memilih berkeliling menikmati Sabtu malam yang dingin bersama kekasih tercinta, melihat keceriaan di penjuru festival rock terbesar di Asia Tenggara.
Langkah kaki terhenti di panggung Free Your Stage. Dua ratusan orang bergejolak dalam moshing, crowd surfing, dan teriakan perang. Beside membahana di atas panggung dan semua seperti kesetanan. Hohoho, another “not for me” kind of rock music.
Dua lagu dan saya memutuskan untuk istirahat. Mecari tempat untuk duduk dengan nyaman. Mengumpulkan tenaga untuk menyaksikan menu utama. Stereophonics.
Namun sebelum mereka masih ada Arkarna di panggung Langit Musik. Yah, lagi-lagi bukan minat utama saya. Tak mengapa. Saya senang kok menyaksikan ribuan orang begitu antusias menonton Arkarna yang kabarnya sedang mempersiapkan album terbaru.
Mereka sepertinya juga sangat senang bisa bermain dihadapan ribuan penggemarnya di JRL kali ini. Itu terlihat dari setlist yang panjang dan seringnya mereka membacot di panggung. Meski demikian, saya ragu audiens mampu sepenuhnya memahami apa yang disampaikan, mengingat gaya bicaranya yang menggunakan logat Inggris dengan efek rahang jatuh dan nuansa kumur-kumur.
Empat puluh menit menjelang pukul sebelas dan kami semua sudah berkumpul di deretan depan panggung utama, terpisah delapan baris saja dari bibir panggung.
Saya, Icha, Dhia, Dani, Ikhwan, Reza, Farry, dan Boy merapatkan barisan. Menyatukan harapan akan sebuah sajian memuaskan, diantara himpitan belasan ribu audiens lainnya yang sepertinya berusia lebih muda.
Di panggung Langit Musik Arkarna masih bermain. Dan kami semua, yang saat itu sudah rapi menghadap panggung utama yang gelap gulita, terpaksa berbalik punggung dan ikut bernyanyi sambil tertawa malu ketika So Little Time mengalun. Ahay!
Arkarna mati. Lampu panggung disana mati. Kami serentak berbalik ke arah yang benar. Kembali menghadap ke panggung utama.
Keheningan hanya berlangsung sekejap. Ketika siluet Kelly Jones berkelebat dari pintu masuk artis, mengambil gitar, dan langsung berdiri di tengah panggung, teriakan mengelu-elukan kontan menggelegar!