Kenapa? Karena dari segi lokus, perang Pasifik di zaman perang dunia II itu dengan kondisi aktual kekinian, battle ground-nya masih sama.
Masih di seputaran laut Pasifik? Ada apa? Ini saya kira bisa dijawab melalui penelitian arkeologi multidisiplin dan dengan semangat novelty dari konsep dan pendekatan.
Isu kebangsaan lain yang aktual, misalnya tentang kedaulatan pangan? Nah, isu ini sudah lama saya angkat juga dalam perbincangan. Khususnya di Sulawesi Utara, sejak tahun 2019. Ketika pertama kali saya bekerja di Balai Arkeologi Wilayah Sulawesi Utara.
Isu aktual kebangsaan lainnya? Soal multikulturalisme, pluralisme dan kebhinekaan? Saya kira semua arkeolog sudah lama bergerak meneliti untuk menemukan isu dan data-data tentang akar-akar kebhinekaan.
Saya sendiri, pada Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi (EHPA) tahun 2011, menuliskan artikel arkeologi tentang multikulturalisme.
Setelah 5 tahun menjadi ASN Peneliti, saya pribadi sudah sangat sering menulis tentang isu ini, berdasarkan data arkeologi, khususnya di Maluku.
Saya juga meyakini, bahwa hampir seluruh peneliti arkeologi di Puslit Arkenas maupun di Balar seluruh Indonesia menyadari hal itu.
Menyadari bahwa, penelitian arkeologi sudah saatnya menampilkan diri sebagai riset yang tidak hanya menjawab dinamika kelampauan tetapi juga menjawab tantangan di masa kini dan masa depan.
Dalam beberapa kesempatan menulis di Kompasiana, saya menuliskan bahwa arkeologi bukan hanya merekonstruksi masa lalu, namun juga merancang bangun masa depan.
Namun sebagai refleksi, khususnya saya pribadi, masih banyak arkeolog yang dimiliki bangsa besar ini, hanya melakukan penelitian di zona nyaman. Apa itu?