Angka 13 bukan lagi angka sial, sebaliknya angka 13 adalah angka keberuntungan dan harapan.Â
Iya, mulai detik ini saya rayakan angka 13 sebagai angka harapan. Saya tidak perlu permisi kepada Om Rudy Gunawan, Kers yang numerolog itu.Â
Tanpa permisi dan Om Rudy pun tak perlu interupsi. Lagian angka 13 sebagai angka sial adalah mitos belaka.
Semua angka adalah keberuntungan, begitu juga angka 13. Sekali lagi, 13 itu sebagai angka keberuntungan dan harapan.
Saya yakin Rudy Gunawan akan setuju, dan tanpa harus mengepalkan tinju. Angka 13 adalah angka keberuntungan. Menjadi harapan setidaknya di hari ulang tahun ke 13 Kompasiana.Â
Bersama Kompasiana, menjadi momentum mengubah angka 13 menjadi angka harapan. Harapan pula bagi para Kompasianers. Menjadi para penulis lepas yang semakin banyak diminati oleh para pembaca dan likers.Â
13 Kompasiana bisa menjadi momentum untuk mengubah cara pandang tentang pesimis menjadi optimis. Angka 13, Kompasiana yang jatuh tanggal 22 Oktober 2020 lalu, adalah momentum. Mengubah kesialan menjadi keberuntungan. Mengubah keputusasaan menjadi harapan.Â
Baiklah. Jadi yang ingin saya sampaikan adalah, momentum 13 Kompasiana diharapkan menjadi momen mengubah cara pandang dan mentalitas para Kompasianers dan juga pembaca setianya.
Sudah 13 tahun Kompasiana berkiprah, mengabarkan kepada semua yang tak jelas berkata tentang semua hal yang berguna melalui tulisan-tulisan yang bernas, cerdas dan mencerahkan. Apakah itu tidak cukup untuk mengubah cara pandang dan sikap mental kita?
Adakah tulisan-tulisan yang tayang di K itu sebuah tulisan yang mengartikulasikan kebodohan? Saya yakin tidak ada karena kalau ada artikel yang bersifat bodoh dan bohong sudah pasti akan dihapus oleh admin K yang cerdas dan berdedikasi serta berkomitmen dalam tugasnya.Â
Momentum 13 tahun kompasiana dengan tagline Opini Bermakna, adalah jawaban atas hingar bingar perjalanan dan pencerahannya selama ini.Â
Saya tidak ingin dan tidak bermaksud mengambil hati kompasiana. Namun sudah pasti setiap orang memiliki visi dan misinya sendiri.Â
Namun, tentu kita harus memahami dwlam kiprahnya selama 13 tahun itu, Kompasiana bekerja dan mengabdi membangun literasi untuk lahirnya berbagai narasi kemanusiaan.Â
Kompasiana adalah blog publik yang menampung semua opini bermakna, dalam membangun visi setiap insan dalam mengarungi samudera kehidupannya masing-masing.Â
Setiap orang punya opini, pandangan dan juga visi. Kompasiana adalah ruang untuk mewadahi itu semua.Â
Maka dengan sendirinya Kompasiana adalah wadah untuk mencerdaskan dan mencerahkan kehidupan bangsa. Membangun narasi yang berisi dengan literasi yang kuat dan mumpuni.Â
Kompasiana bisa menjadi semacam kontainer visi, kontainer opini dan perspektif setiap orang yang ingin menuangkan gagasan dan pemikiran cerdasnya.Â
Sebagai sebuah kontainer, Kompasiana mewadahi sekaligus mencurahkan segala isinya bagi upaya penyadaran kolektif publik membangun visi.Â
Kompasiana, seharusnya dipahami sebagai wadah atau kontainer yang berisi gagasan-gagasan, pemikiran-pemikiran seluruh anak bangsa yang ingin menuangkan ke dalamnya, sekaligus mencurahkannya bagi publik pembaca.Â
13 Tahun Kompasiana, bukanlah perjalanan yang singkat. Ia menjadi rekam jejak, dari awal perjalanannya hingga sekarang.Â
Setelah 13 tahun, tentunya Kompasiana akan lebih mendewasakan diri, dari mulai mengenalkan hingga mencerdaskan dan mencerahkan, sebagai salah satu kontainer literasi yang padat dan berisi.Â
Saya yakin dan percaya, semua gagasan, pemikiran, opini dan segala hingar bingar, gegap gempita suara para kompasianer, yang adalah para pemikir, pencetus ide, penuang gagasan selalu bermuara pada lautan narasi dan literasi yang luas dan dalam. Menjadi semacam ruang bagi semua orang untuk saling belajar.Â
Tidak ada murid, tidak ada guru, namun semua adalah orang-orang dewasa yang bijak dan cerdas, juga para pembelajar yang senantiasa ingin mengarungi luasnya samudra literasi. Belajar untuk dirinya, juga belajar bagi orang-orang tercinta di sekitarnya.Â
Dari semua topik yang tersedia di Kompasiana, semua adalah wadah gagasan, kontainer ide, yang setiap saat diisi oleh para kompasianer, yang menuangkan idenya, sekaligus setelahnya Kompasiana menjadi kontainer yang mencurahkan isinya untuk mengisi ruang-ruang pemikiran seluruh publik pembaca.Â
Saya tidak akan berpanjang lebar, saya yakin para Kompasianers yang dewasa dan cerdas, juga seluruh publik pembaca, bisa menerka, menangkap, memahami tentang apa yang ingin saya sampaikan.Â
Sebagai seorang Kompasianers yang hampir dua tahun mengarungi samudra Kompasiana ini, saya adalah juga--setidaknya berharap-- menjadi pula seorang pembelajar dari semua narasi-narasi yang tersedia di wadah pencerdasan dan pencerahan bernama Kompasiana.Â
Hingar bingar atau istilah Kompasiana sebagai kebisingan, tentu tidak selalu harus dipahami sebagai sesuatu yang negatif. Kebisingan adalah sebuah proses melahirkan suara merdu yang bermakna. Kebisingan bisa jadi terus ada seiring proses transmisi suara atau opini bermakna itu.Â
Namun, tentu saja para Kompasianer akan menangkap pesan Kompasiana, bahwa mengubah noise menjadi voice adalah pesan yang mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha melahirkan value atau nilai positif dari proses perjalanan panjang Kompasiane bersama para Kompasianers dalam berkarya.Â
Tidak pernah bebas nilai, ketika yang kita lakukan bersentuhan dengan perjalanan kemanusiaan. Dan cita-cita bersama membangun opini bermakna dari Kompasiana dan para kompasianer adalah salah satunya membangun nilai-nilai positif dan bermakna bagi perjalanan kemanusiaan kita.Â
***
Selamat Ulang Tahun ke 13 Kompasiana. Semoga semakin dewasa, semakin cerdas dan semakin bernilai. Aku padamu..
Salam hangat.Â
***
Mas Han. Manado, 27 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H