Hadirnya museum negeri, dimungkinkan mewakili perwajahan tradisi dan budaya masyarakat lokal secara keseluruhan di setiap negeri.Â
Pengelolaannya diarahkan untuk lahirnya museum di setiap negeri atau desa adat yang merepresentasikan kekayaan historis dan kultural yang mewakili desa-desa adat tersebut.Â
Dalam kacamata arkeolog sahabat saya Syahruddin Mansyur itu, museum negeri merupakan upaya merawat dan melestarikan memori kolektif masyarakat.Â
Melalui museum negeri, semacam upaya melahirkan museologi baru sebagai paradigma baru pengelolaan museum.Â
Katanya, paradigma baru itu menjadi semacam "kontainaer" yang mengakomodasi pikiran-pikiran dan kebutuhan masyarakat, sehingga peran museum memang menjadi upaya pelestarian memori kolektif dan penguat identitas masyarakat.Â
PIkiran itu tentu saja bersifat konseptual, bahwa lahirnya museum negeri sebagaimana rumah-rumah pusaka marga yang ada di beberapa negeri adat di Maluku. Ia menjadi semacam kesadaran sekaligus kebutuhan dalam pengakuan dan penguatan identitasnya.
Namun, jika rumah-rumah pusaka marga lebih merepresentasikan identitas marga, maka museum negeri secara menyeluruh menjadi upaya penguatan identitas masyarakat adat di setiap negeri.Â
Dalam museum negeri, maka paradigma museologi baru digunakan. Sebaliknya dalam paradigma museologi baru, maka menghadirkan museum negeri merupakan cara pandang yang kontekstual saat ini.Â
Melibatkan peran serta masyarakat, pikiran-pikiran dan kebutuhan masyarakat terhadap penguatan identitas budayanya, juga sekaligus mengakomodasi memori kolektif masyarakat adat.Â
Dalam pandangan itu maka, museum negeri dikelola dengan cara pandang sebagai eco museum maupun comunity museum. Â