Detik demi detik, hari semakin berlalu. Waktu semakin kencang berlari, tapi masa lalu tetap saja menunggu. Dipelajari, dikaji dan dipahami.Â
Masa lalu yang purba, hingga sejarah umat manusia menghimpun organisasi di masa kerajaan hingga sejarah yang baru-baru saja terlewat.Â
Semua itu adalah perjalanan peradaban yang patut dikaji dalam perjalanan peradaban yang semakin hingar bingar.Â
Kita kadang lupa, bagaimana pentingnya masa lalu, untuk memahami perjalanan kita sendiri, juga memahami tentang jati diri kita.Â
Namun masa lalu juga memberi pengalaman berharga, menyiapkan modal kultural untuk membangun masa depan. Arkeologi mengakomodasi soal-soal itu.Â
Kita kadang lupa dan terlena, tentang masa lalu sebagai sebuah pelajaran tentang harmoni. Tentang kemanusiaan dan juga pemuliaan peradaban.Â
Semua hampir terlewat begitu saja, hingga hari ditemukannya jejak-jejak purba, yang menggambarkan tentang cikal bakal nusantara.Â
Lembaga jawatan purbakala, kemudian lahir, dari para ilmuan di jaman Belanda, hingga akhirnya terbentuknya lembaga pemerintah dalam bidang penelitian arkeologi dan juga pelestarian sumberdaya arkeologi yang ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi.Â
Kelembagaan Riset Arkeologi Yang Mapan
Dalam ranah penelitian arkeologi, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) adalah rumah utama dalam bidang riset arkeologi.Â
Lalu, lahir pula lembaga-lembaga riset arkeologi di berbagai daerah, yang kemudian kita kenal hari ini dengan nama Balai Arkeologi. Sebuah lembaga penelitian arkeologi di daerah.
Namun, rumah bagi arkeologi kini masih ditunggu. Organisasi Riset (OR) Arkeologi kabarnya masih samar.Â
Konon, usulan naskah akademik tentang pembentukan OR Arkeologi, masih di persimpangan jalan. Masih terus dikaji dan diteliti serta dipertimbangkan.
Yang sudah jelas hadir adalah OR Sosial dan Humaniora. Di mana rumah arkeologi? Apakah ada rumah yang bernama OR Arkeologi setingkat eselon I atau arkeologi akhirnya masuk dalam rumah OR Sosial dan humaniora dan cukup menjadi Pusat Riset (PR) Arkeologi setingkat eselon II?
Lahirnya OR Arkeologi bertujuan untuk mewadahi para peneliti arkeologi di lembaga yang sudah ada sebelumnya, yakni Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) beserta 10 Balai Arkeologi (Balar) di daerah.Â
Selain itu yang paling penting terbentuknya OR Arkeologi adalah meningkatkan peran pentingnya dalam menjawab persoalan nasional kekinian dan pembangunan berkelanjutan.Â
Yang pasti Puslit Arkenas dan 10 Balar, bedol desa ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sehingga secara kelembagaan, sudah berganti rumah ke BRIN dari awalnya di Kemendikbud Ristek.Â
Para arkeolog peneliti tidak kehilangan rumah besarnya. Otomatis para arkeolog ASN peneliti tak perlu berpindah instansi, tetap berada di Puslit Arkenas dan Balar.Â
Sebaliknya, para peneliti bidang humaniora diantara para peneliti sejarah, antropologi dan seni yang sebelumnya berada di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) harus pindah rumah ke Balar.Â
Hal ini karena BPNB, rumah bagi para peneliti sejarah, antropologi dan seni, bukanlah lembaga penelitian, sehingga tetap di Kemendikbud. Tidak bedol desa ke BRIN
Alhasil para peneliti di BPNB harus pindah rumah. Kemana? Di daerah, lembaga riset bidang humaniora hanyalah Balai Arkeologi, sehingga para peneliti yang ada di BPNB saat ini sudah menjadi warga Balar.Â
Sebagian peneliti BPNB juga ada yang ke Puslit Arkenas. Walaupun di pusat ada sekarang sudah ada Organisasi Riset bidang Sosial humaniora.Â
Namun peneliti BPNB yang memilih bekerja di lembaga riset yang berada pusat, lebih memilih ke Pusat Arkeologi Nasional.Â
Hal ini untuk memudahkan secara administratif proses perpindahannya karena masih sama-sama berasal dari kementerian yang sama yakni Kemendikbud.Â
OR Arkeologi : Harapan dan Penantian
Harapan para peneliti arkeologi di Puslit Arkenas dan seluruh Balar, adalah terbentuknya OR Arkeologi. Ini karena lembaga riset arkeologi adalah lembaga yang sudah sangat mapan.Â
Selain itu juga, ruang lingkup bidang riset yang sangat spesifik serta kelembagaannya yang besar karena memiliki satuan kerja di 10 (sepuluh) daerah provinsi.Â
Lahir sudah sejak zaman kolonial dan menjadi besar sekarang ini dengan adanya Puslit Arkenas dan 10 (sepuluh) Balar yang sudah bekerja puluhan tahun dan sudah banyak hasil riset arkeologi yang dimanfaatkan oleh stakeholder.Â
Di bidang humaniora, lembaga riset arkeologi adalah satu-satunya lembaga riset yang memiliki kantor pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Selain itu, sifatnya yang sangat spesifik, sangat memungkinkan jika berdiri OR Arkeologi.Â
Namun, hingga keluarnya Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPANRB), OR Arkeologi belum juga tercantum.Â
Meski demikian, dalam berbagai presentasi BRIN, baru-baru ini sudah mencantumkan OR Arkeologi, menjadi bagian dari Struktur Organisasi BRIN sebagai organisasi riset setingkat eselon I.
Publik masih menunggu kepastian tentang terbentuknya OR Arkeologi secara resmi melalui surat penetapan oleh MenpanRB
Hingga tulisan ini diturunkan, belum terbentuk OR Arkeologi. Menurut informasi awal, Puslit Arkenas akan berubah menjadi OR Arkeologi, setingkat eselon satu.Â
Dan di OR Arkeologi akan dibentuk 6 (enam) pusat penelitian. Diantara Pusat Penelitian Arkeologi Prasejarah, Pusat Penelitian Arkeologi Sejarah, Pusat Arkeologi Kemaritiman, Pusat Arkeometri dan Laboratorium, Pusat Inovasi dan Rumah Peradaban serta Pusat Pendayagunaan Penelitian dan Pembangunan Berkelanjutan
Selain itu, hingga kini satuan kerja UPT Arkeologi yakni Balar di 10 (sepuluh) provinsi belum juga keluar peraturan tentang aturan dan sistem organisasi dan tata laksana UPT Arkeologi (SOTK).Â
Pada saat di Kemendikbud di 10 provinsi nomenklatur UPT arkeologi adalah organisasi bernama Balai Arkeologi.Â
Informasi sebelumnya bahwa Balai Arkeologi berkedudukan sebagai koordinator arkeologi (Korwil) riset arkeologi. Sebagai contoh Balai Arkeologi Sulut, menjadi korwil VIII meliputi Provinsi Sulut, Sulteng dan Gorontalo.Â
Namun sebelumnya, beredar pula informasi soal usulan Balai Arkeologi sebagai Pusat Arkeologi wilayah setingkat eselon 2, meski demikian tampaknya informasi tersebut belum valid.Â
Riset Arkeologi Menjadi Bagian Solusi Permasalahan Nasional
Arkeologi dianggap sebagai bidang riset kebudayaan yang spesifik, memiliki kelembagaan yang besar dan mapan serta memiliki program yang telah menjadi program prioritas nasional hasil penetapan oleh Bappenas.Â
Selain itu dalam perkembangannya, riset arkeologi juga diarahkan untuk menjawab atau menjadi bagian solusi dari permasalahan nasional dan pembangunan berkelanjutan.
Riset arkeologi juga juga beberapa diantara diarahkan untuk menjawab isu-isu aktual dalam isu pembangunan berkelanjutan diantaranya tentang ketahanan pangan, lingkungan, kemiskinan, industri kreatif, perubahan iklim global dan sebagainya.Â
Oleh karena kiprahnya tersebut, publik khususnya publik arkeologi berharap lahirnya OR Arkeologi dalam rumah riset dan inovasi nasional yaitu BRIN.Â
Dengan bergabungnya ke BRIN, riset arkeologi yang tidak hanya menghasilkan value atau nilai-nilai kebudayaan dan peradaban masa lalu, namun juga isu-isu aktual kekinian dapat dioptimalkan
Kolaborasi dan integrasi riset multidisiplin antara bidang riset arkeologi dengan bidang lainnya dapat lebih terarah dan sinergis.Â
Sinergi multidisiplin riset lebih menjamin hasil riset yang berkualitas, bermanfaat dan berdaya guna serta dapat menjadi bagian dari solusi permasalahan nasional.Â
Secara kelembagaan terbentuknya OR Arkeologi oleh BRIN tampaknya sudah disetujui, mengingat peran pentingnya dalam pembangunan nasional.Â
Oleh karenya, publik menunggu ketuk palu oleh MenpanRB untuk menyetujui terbentuknya OR Arkeologi di tubuh BRIN.Â
Kita masih menunggu.Â
Demikian. Salam hormatÂ
***
Mas Han, Manado 25 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H