"Kalau bisa menanam sendiri, mengapa mesti beli?"
Kalimat itu tertanam sekali di kepala saya. Kalimat yang saya dengar dari ibu, sejak saya kecil dan sampai sekarang masing selalu terdengar.Â
Hmmm...ini tentang berkebun. Di desa saya, tempat saya menghabiskan masa kecil, pada umumnya semua berkebun, meskipun di pekarangan atau pomahan, sekecil apapun lahan yang tersedia.Â
Begitu juga di pekarangan rumah milik orangtua saya. Saya kecil hingga sekarang, pomahan atau pekarangan samping rumah, ditanami berbagai macam tanaman produktif jangka pendek.Â
Bayangkan, jika setiap rumah dari jutaan orang penduduk Indonesia, mau berkebun, menanam tanaman pangan, sekecil apapun lahan yang dimiliki.Â
Dari yang kecil, tapi kalau semua mau serentak berkebun, berapa banyak kebutuhan pangan setiap harinya, bisa terpenuhi, tanpa selalu harus impor, bukan?
Ingat, Indonesia dulu terkenal sebagai negara swasembada pangan loh, bro. Dan lahan-lahan kita memungkinkan untuk itu, bangun energi positif, bangkitkan ketahanan pangan bangsa.Â
Bisa? Bisalah, tentu saja bisa. Bangun energi positif itu apa? Kemauan. Hanya itu, sesimpel itu. Karena kemauan itu, keluarga saya di desa sejak dulu ---sejak saya masih orok, sudah terbiasa berkebun. Memanfaatkan pekarangan (pomahan) rumah yang lumayan besar. Maklum tanah warisan.