Kedua, membangun sistem dan iklim penelitian yang lebih kompetetifÂ
Sepanjang pengalaman saya menjadi peneliti, dan ini sebagai bagian dari introspeksi dan otokritik, bahwa kompetisi penelitian sangat longgar.Â
Dengan proposal yang alakadarnya saja dapat memperoleh anggaran penelitian. Meskipun dalam kurun waktu 4 tahun ini diberlakukan sistem kompetisi dengan mekanisme Satuan Biaya Keluaran (SBK).Â
Namun serta tidak menjamin kualitas penelitian, hal ini karena masih menyisakan kesan bahwa internal lembaga masih diprioritaskan, tentu ini juga masih dalam tradisi zona nyaman yang bertahan.Â
Kompetisi pengajuan proposal riset di bawah sistem BRIN nantinya, diharapkan lebih ketat untuk menjamin kualitas riset. Penelitian, tidak sekedar untuk memenuhi kuota anggaran, namun berdasarkan seleksi yang ketat, proporsional dan lebih profesional.Â
Ketiga, Membangun struktur Organisasi yang lebih efektif Â
Wacana peningkatan eselonisasi Puslit Arkenas menjadi eselon I, tentu sangat membanggakan. Namun di tubuh Puslit Arkenas yang nantinya naik jenjang eselon I, perlu dirancang sistem kelembagaan yang efektif, sesuai fungsinya sebagai organisasi riset.Â
Untuk soal ini, saya tidak akan membahas terlalu rinci, karena pasti hari-hari ini sedang dibahas alot. Namun yang penting dipikirkan adalah lembaga Puslit Arkenas, dapat mencerminkan perkembangan aktual arkeologi hari ini dan rancangan di masa mendatang.Â
Struktur organisasi yang efektif,perlu mempertimbangkan isu dan wacana kekinian dalam perkembangan arkeologi yang berkembang di masyarakat.Â
Struktur organisasi riset arkeologi harus mampu menjawab tuntutan dan kebutuhan kekinian di masyarakat.Â
Riset akan dihasilkan seperti apa dan akan dikembangkan bagaimana untuk menjawab kebutuhan negara dan masyarakatnya.