Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membaca Riwayat Kemultibudayaan Indonesia dari Jejak Kota dan Makam-makam Kunonya

27 Juni 2021   22:51 Diperbarui: 29 Juni 2021   15:54 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian juga makam-makam kunonya. Di sekitar Masjid Kuno Sultan Ternate, terdapat makam-makam Sultan dan keluarganya. 

Selain itu tak jauh dari situ juga dijumpai kompleks makam kuno Eropa, makam kuno Cina (Bong Pai) yang menandai bahwa makam-makam itu merupakan makam dari para pedagang dari manca negara, yang pada masa puncak perdagangan, meramaikan kota Ternate dalam aktivitas perniagaan.

Ada banyak bukti-bukti perkembangan peradaban kuno, menjelaskan bahwa Nusantara adalah negeri majemuk, negeri yang dibentuk dari kemultibudayaannya. 

Di Sulawesi Utara, hingga kini juga masih berkembang kampung Jawa Tondano, yang merupakan komunitas muslim Jawa yang turun temurun, setidaknya telah berkembang sejak masa Perang Jawa (1825-1830) sudah bermukim disana.

Juga ada kampung Arab, Ternate dan sebagainya yang hidup berdampingan dengan harmoni sosial yang sangat terjaga hingga hari ini dan sampai kapanpun. 

Di Wilayah Bolaang Mongondow, terdapat jejak kerajaan ex swapraja yang membuktikan pula adanya kemultibudayaan. 

Penelitian mutakhir Balai Arkeologi Sulawesi Utara, di sana terdapat jejak pemukiman multietnis. Berbagai latar etnis seperti Minahasa, Jawa, Sumatra, Arab, Cina sejak dulu abad 18 sudah bermukim disana. Bukti permukiman multietnis juga didukung oleh tinggalan makam-makam kunonya. 

Pendek kata, hampir seluruh kota di nusantara yang berkembang pesat hari ini, adalah lahir dari kota-kota kuno yang menunjukkan adanya kemultibudayaan sebagai ciri pembentuk lanskap budayanya. 

Kemultibudayaan melatari tumbuh kembangnya kota-kota tua dan pemukimannya yang berkembang hingga saat ini. 

Wajah Indonesia adalah wajah kemultibudayaan. Riwayatnya jauh dari dulu sejak kita-kita belum lahir. Bukan hanya sejak masa awal manusia mengenal tulisan. 

Telah jauh sebelumnya, saat manusia baru mengenal kata lewat benda, saat manusia belum mengenal tulisan, cikal bakal kemultibudyaan itu telah lahir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun