Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengungkap Perjumpaan Budaya Tionghoa Pada Karya Arsitektur Nusantara

12 Februari 2021   21:56 Diperbarui: 15 Februari 2021   22:03 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simbol buah nanas, pada masjid kuno di Desa Kaitetu, Maluku Tengah. Sumber: Balar Maluku

Motif Hias Naga pada ti9ang masjid Kuno di Pulau Haruku. Maluku. Sumber: Balai Arkeologi Maluku, 2011
Motif Hias Naga pada ti9ang masjid Kuno di Pulau Haruku. Maluku. Sumber: Balai Arkeologi Maluku, 2011
Simbol buah nanas, pada masjid kuno di Desa Kaitetu, Maluku Tengah. Sumber: Balar Maluku
Simbol buah nanas, pada masjid kuno di Desa Kaitetu, Maluku Tengah. Sumber: Balar Maluku
Menurut Anas Biranul (2007), temuan arkeologis memastikan bahwa hubungan naga (lung/long) dengan kebudayaan Tionghoa telah berlangsung sejak 6000 tahun. Bentuk naga muncul dalam berbagai ungkapan seni Tionghoa, seperti pada arsitektur, corak kain dan keramik.

Naga sarat dengan makna simbolis. Naga merupakan binatang mitologis dalam kebudayaan Tionghoa dan dianggap sebagai lambang ras Tionghoa yang dianggap memiliki nilai-nilai magis, spiritual, kebaikan dan kemakmuran serta kebijaksanaan. 

Sebagai simbol kebaikan, naga merefleksikan kebesaran dan restu. Naga dihubungkana dengan konsep maskulin, cahaya, dan matahari dalam kosmologi Tionghoa (Yang) yang dikaitkan dengan cuaca, air dan hujan serta penguasa sungai, lautan, air terjun. 

Ia menghadirkan intisari kehidupan, melahirkan kehidupan serta melimpahkan kekuasaan dalam bentuk empat musim, membawa air hujan, kehangatan matahari, angin dari lautan, dan tanah dari bumi.

Pada dasarnya, arsitektur bangunan kuno di Nusantara, juga termasuk di Maluku, dapat diidentifikasi untuk menghasilkan kesimpulan tentang bagaimana perjumpaan budaya Tionghoa dengan budaya Nusantara. 

Demikian,

Salam Budaya....Salam Lestari

Salam Hormat

 

Bahan Bacaan : 

1.  Guillot, C dan H. Chmabert-Loir, 2007 Ziarah dan Wali di Dunia Islam. Jakarta. Komunitas Bambu
2. Handinoto, 2010 Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa pada Masa Kolonial.Yogyakarta. Graha Ilmu.
3. Hasan, Ahmad Sanusi, 2010 Islam Came to South East Asia From China:Evidence from Traditional Chinese Roof Design in Kampung Laut's Old   Mosque, Malaysia. Canadian Social Science. Vol. 6, No. 5, 2010, pp. 01-15 ISSN. 1712-8056
4. Handoko, Wuri, 2011 Jejak Pengaruh Budaya Tionghoa Pada Perkembangan Islam di Maluku. Kapata Arkeologi Vol. 7 No. 12
5. Reid, Anthony 2011. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jilid 1: Tanah Di Bawah Angin. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
6. Wibisono, H. Naniek, 2017 Seni Hias Tempel Keramik Kesultanan Cirebon: ToleransiDalam Kebhinekaa. Kapata Arkeologi Vol 13 No. 2
7. Tjandrasasmitha, Uka 2009 Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta. Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun