Naga sarat dengan makna simbolis. Naga merupakan binatang mitologis dalam kebudayaan Tionghoa dan dianggap sebagai lambang ras Tionghoa yang dianggap memiliki nilai-nilai magis, spiritual, kebaikan dan kemakmuran serta kebijaksanaan.Â
Sebagai simbol kebaikan, naga merefleksikan kebesaran dan restu. Naga dihubungkana dengan konsep maskulin, cahaya, dan matahari dalam kosmologi Tionghoa (Yang) yang dikaitkan dengan cuaca, air dan hujan serta penguasa sungai, lautan, air terjun.Â
Ia menghadirkan intisari kehidupan, melahirkan kehidupan serta melimpahkan kekuasaan dalam bentuk empat musim, membawa air hujan, kehangatan matahari, angin dari lautan, dan tanah dari bumi.
Pada dasarnya, arsitektur bangunan kuno di Nusantara, juga termasuk di Maluku, dapat diidentifikasi untuk menghasilkan kesimpulan tentang bagaimana perjumpaan budaya Tionghoa dengan budaya Nusantara.Â
Demikian,
Salam Budaya....Salam Lestari
Salam Hormat
Â
Bahan Bacaan :Â
1. Â Guillot, C dan H. Chmabert-Loir, 2007 Ziarah dan Wali di Dunia Islam. Jakarta. Komunitas Bambu
2. Handinoto, 2010 Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa pada Masa Kolonial.Yogyakarta. Graha Ilmu.
3. Hasan, Ahmad Sanusi, 2010 Islam Came to South East Asia From China:Evidence from Traditional Chinese Roof Design in Kampung Laut's Old  Mosque, Malaysia. Canadian Social Science. Vol. 6, No. 5, 2010, pp. 01-15 ISSN. 1712-8056
4. Handoko, Wuri, 2011 Jejak Pengaruh Budaya Tionghoa Pada Perkembangan Islam di Maluku. Kapata Arkeologi Vol. 7 No. 12
5. Reid, Anthony 2011. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jilid 1: Tanah Di Bawah Angin. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
6. Wibisono, H. Naniek, 2017 Seni Hias Tempel Keramik Kesultanan Cirebon: ToleransiDalam Kebhinekaa. Kapata Arkeologi Vol 13 No. 2
7. Tjandrasasmitha, Uka 2009 Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta. Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).