Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Nawa Cita dan Pentingnya Mitigasi Bencana dalam Kalkulasi Pembangunan

19 Januari 2021   13:57 Diperbarui: 21 Januari 2021   21:47 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ombak setinggi tiga meter yang melanda Kota Manado, sudah merusak banyak perahu yang parkir di pantai Megamas. Sumber: Tribunnews

Ilustrasi Kondisi bencana Sulbar. Sumber: Detik
Ilustrasi Kondisi bencana Sulbar. Sumber: Detik
Hutan heterogen yang banyak dan mendominasi lahan-lahan di Kalimantan, berubah menjadi hutan homogen, yaitu hutan sawit. Hal itu mengakibatkan resapan air menjadi sangat berkurang, apalagi jika perkebunan sawit itu berada di dataran tinggi. (Tribunnews). 

Akibatnya, ketika hujan lebat terjadi, tidak ada resapan air, yang kemudian menyebabkan banjir di daerah hilir sungai. Setiap pembangunan, selalu didahului oleh Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL), sebagai salah satu instrumen dan juga syarat pembangunan itu dapat dilakukan.  

Analisa dampak lingkungan sangat penting, untuk melihat sejauh mana dampak yang ditimbulkan dari adanya proses pembangunan, juga hasil dari pembangunan itu sendiri, terutama bagi keberlanjutan kualitas lingkungan hidup, tempat manusia hidup. 

Dampak pembangunan, dengan perlakuan buruk terhadap kualitas lingkungan hidup, bisa menjadi sumber bencana. Dengan demikian, bencana tidak saja ditimbulkan secara alamiah, sebagai bencana alam namun bisa jadi juga karena cara pembangunan yang tidak mempedulikan daya dukung lingkungan. 

Memperlakukan dengan buruk lingkungan hidup, sebagai bagian dari keseimbangan alam. Dengan demikian, bencana juga bisa ditimbulkan oleh karena ulah manusia. 

Menjaga keseimbangan antara alam, manusia dan Tuhan adalah inti dari sebuah peradaban. Alam memainkan ritme yang paling mendasar, karena tanpa alam manusia mati

Menjaga keseimbangan alam, adalah bagian dari manajemen risiko kebencanaan. Salah satunya dilakukan dengan mitigasi bencana. Dalam rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2015-2019 (BPBN, 2014) disebutkan Topik Penanggulangan Bencana dalam RPJPN 2005-2025 Misi Ke-6 Mewujudkan Indonesia asri dan lestari. Mitigasi bencana alam sesuai dengan kondisi geologi Indonesia. 

RPJMN III (2015–2019) yang menitikberatkan pada “Meningkatkan EFEKTIVITAS penanggulangan bencana”.Dalam menghadapi tantangan 5 (lima) tahun mendatang, maka perlu ditingkatkan efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana sesuai Nawa Cita

Nawa Cita merupakan sembilan agenda prioritas dari Pemerintah Indonesia 2015- 2019.Program ini digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan .

Arah kebijakan penanggulangan bencana untuk mencapai terciptanya agenda prioritas: 

Pertama, dalam cita kesatu; Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, dalam menghadapi ancaman bencana.

Kedua, dalam cita kedua; Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, melalui pengembangan program Desa Tangguh Bencana dan penguatan kapasitas lokal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun