Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumah Peradaban sebagai Program Prioritas Nasional

13 Januari 2021   21:30 Diperbarui: 14 Januari 2021   03:32 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Rumah Peradaban Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Sumber: Pusat Penelitian Arkeiologi Nasional

Siang kemarin, saya menerima surat undangan dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas). Undangan itu  untuk mengikuti rapat Pembahasan Program Rumah Peradaban sebagai Program Prioritas Nasional

Rapat yang akan dilaksanakan pada hari Rabu 13 Januari 2021  (hari ini), digelar secara virtual itu sepertinya agenda penting pertama yang dilaksanakan di awal tahun 2021 ini.

Di dalam undangan tersebut, juga dijelaskan bahwa Program Rumah Peradaban yang digagas oleh Puslit Arkenas sejak tahun 2016 itu, pada tahun 2021 ini telah ditetapkan sebagai Program Prioritas Nasional oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 

Rapat yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional ini, sudah pasti diikuti oleh seluruh Kepala Balai Arkeologi se Indonesia yang berjumlah 10 Balai Arkeologi (Balar), sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di bawah naungan Badan Litbang Kemendikbud. 

Dan sudah pasti agenda rapat ini akan membicarakan hal-hal penting dalam persiapan pelaksanaan program prioritas Rumah Peradaban yang dilaksanakan oleh Puslit Arkenas dan 10 Balarnya. 

Tentu agenda rapat ini disambut antusias oleh para kepala Balar, juga para peneliti arkeologi di setiap intansinya baik Puslit Arkenas maupun 10 Balar se Indonesia. 

Kemudian, waktunya tiba. Siang tadi Rapat Pembahasan Rumah Peradaban sebagai Program Prioritas Nasional digelar. Ditetapkannya Program Rumah Peradaban yang digelar oleh Puslit Arkenas beserta 10 Balarnya, sebagai prioritas nasional karena selama ini Rumah Peradaban dianggap bagian dari komitmen kebijakan Revoluasi Mental dan Pembangunan Kebudayaan

Sebagaimana tulisan saya sebelumnya di Kompasiana, Rumah Peradaban merupakan sarana edukasi dan pemasyarakatan hasil penelitian arkeologi. 

Program ini memberikan pemahaman tentang sejarah dan nilai budaya masa lampau dalam upaya paham (melek) budaya, pencerdasan bangsa, penumbuhan semangat kebangsaan, dan sumber inspirasi bagi pengembangan budaya yang berkepribadian (Puslit Arkenas, 2016). 

Sejak diinisiasi pertama kalinya, pada tahun 2016 oleh Puslit Arkenas, Rumah Peradaban menjadi sarana dan media untuk menampung berbagai informasi hasil penelitian arkeologi, kemudian menyebarluaskan informasi itu kepada masyarakat.

Lahirnya Rumah Peradaban,  karena untuk menjunjung tinggi sejarah bangsa, sebagai ciri bangsa yang  besar seperti Indonesia ini. Hal ini adalah pesan mulia dari seorang Soekarno, Presiden Pertama RI, sebagai salah satu bapak pendiri bangsa.

Program Rumah Peradaban dengan demikian adalah upaya mengungkap, memaknai sumberdaya budaya, agar timbul rasa mencintai dari masayarakat, terutama generasi muda terhadap kekayaan sumberdaya budaya yang dimiliki. Sumberdaya budaya tersebut dapat menjadi modal menumbuhkan dan memperkuat karakter dan jatidiri bangsa. 

Rumah Peradaban sudah menjadi semacam ikon program Puslit Arkenas dan 10 Balar, sebagai program unggulan untuk tindaklanjut sebagai bagian pendayagunaan hasil penelitian arkeologi di seluruh Indonesia. 

Kini, setelah 5 (lima) tahun digelar, tahun keenam dilaksanakannya program tersebut, yakni pada tahun 2021 ini, pemerintah pusat melalui Bappenas, menetapkan Program Rumah Peradaban menjadi Program Prioritas Nasional.

Sebuah kebanggaan bagi para insan arkeologi di bawah naungan Puslit Arkenas dan Balai Arkeologi di seluruh Indonesia. Tentu saja, hal ini menjadi 'gawe besar' yang membutuhkan perhatian serius dan perlakuan khusus dalam pengembangan pelaksanaan program tersebut. 

Melalui program-programnya yang berdasarkan cetak biru menginduk atau berpedoman pada konsep Nawa Citta yang disusun sejak 2014 lalu. Justru itu, melalui tagline: ”Arkeologi untuk Bangsa” Program Rumah Peradaban ini lahir dalam menyikapi program prioritas “Nawa Citta”.

Kini, Rumah Peradaban, tidak hanya menjadi gelaran rutin yang dilakukan oleh Puslit dan Balar secara sendiri-sendiri dan terpisah, namun terintegrasi secara nasional, dalam rangka penguatan Revolusi Mental dan pemajuan kebudayaan

" Kita harus memiliki perspektif yang lebih luas dan makro dalam pelaksanaan program Rumah Peradaban, karena sekarang status program tersebut sudah ditingkatkan menjadi Program Prioritas Nasional".  

Demikian ujar I Made Geria, Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Jakarta, saat memberikan arahan secara virtual di hadapan para Kepala Balai Arkeologi se- Indonesia. 

Dalam arahannya, Kepala Puslit Arkenas itu meminta kepada para Kepala Balai Arkeologi se Indonesia, untuk meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan para pemangku kepentingan di bidang pendidikan dan kebudayaan di daerah. 

Hal ini agar program Rumah Peradaban menjadi milik bersama stakeholder, bukan semata-mata program instansi pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan pemajuan kebudayaan.

Mengingat pentingnya Rumah Peradaban sebagai sarana edukasi dan pembentukan serta penguatan karakter generasi muda bangsa, terutama dalam memahami warisan leluhur budaya bangsa, maka program Rumah Peradaban hendaknya memiliki target capaian yang konkret dan optimal dalam pelaksanaannya. 

Selain itu inovasi dan kreativitas masing-masing Balai Arkeologi untuk menampilkan program-programnya yang bisa mengajak masyarakat dan dunia pendidikan untuk memahami lebih dekat sumberdaya arkeologi dan sumberdaya budaya, sebagai sebuah asset pembangunan nasional. 

I Made Geria mengharapkan, agar konten-konten materi kegiatan Rumah Peradaban, dapat menyentuh kepentingan publik, terutama dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, sebagai sarana pendayagunaan hasil penelitian arkeologi di seluruh Indonesia. 

Konten-konten yang mendidik dan mencerdaskan, dapat lebih dirasakan oleh stakeholder di seluruh Indonesia, terutama dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan sarana pembangunan dan pemajuan kebudayaan. 

Berbagai kegiatan dari Program Rumah Peradaban, diharapkan dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat terutama kalangan pendidikan dalam penyusunan materi-materi untuk praktek baik pendidikan untuk kalangan siswa di berbagai tingkatan. 

Selain itu juga untuk sarana pendidikan masyarakat dalam membangun revolusi mental dan penguatan karakter dan identitas bangsa. Dalam hal ini, Program Rumah Peradaban kiranya dapat mengusung tema-tema Keindonesiaan. 

Hal ini untuk memberikan pemahaman kepada siswa dan masyarakat umumnya, tentang identitas Keindonesiaan, baik konsep kebhinekaan, kemaritiman maupun kekayaan warisan budaya bangsa lainnya yang menjadi ciri yang melekat pada tubuh Keindonesiaan kita. 

Selain itu, dalam pelaksanaannya, Program Rumah Peradaban, secara materi tetap menerapkan tiga kegiatan utamanya, yakni Destinasi Pendidikan, pembuatan alat peraga pendidikan beserta distribusinya yang lebih meluas dan penyusunan Buku Pengayaan, sebagai bentuk pengayaan materi untuk bahan ajar bagi sekolah-sekolah agar lebih memahami kekayaan warisan budaya bangsa. 

Khusus untuk kegiatan Destinasi Pendidikan, jika selama ini sebelum pandemi covid 19, kegiatan Destinasi Pendidikan biasanya digelar berbagai kegiatan sekolah lapangan arkeologi (field school), maka dalam masa pandemi ini bisa diganti melalui kegiatan virtual. 

Berbagai kegiatan virtual dapat dikembangkan, mulai pembuatan situs virtual arkeologi, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta, melalui Situs Virtual Liyangan. Juga dapat dikembangkan berbagai kegiatan pameran arkeologi secara virtual. 

Selain itu, konten-konten pendidikan arkeologi dalam bentuk pengemasan film-film animasi arkeologi yang mendidik untuk memperkenalkan kepada para siswa dan generasi muda tentang kekayaan warisan budaya, dengan materi yang mendidik sekaligus menghibur. 

Sementara itu, buku-buku pengayaan arkeologi untuk Program Rumah Peradaban, dapat mengangkat tema-tema identitas nasional Keindonesiaan. 

Meskipun setiap daerah memiliki kekayaan identitas kelokalan masing-masing, namun konten-konten atau materi Buku Pengayaan diperkaya oleh teopik-topik kebhinekaan. Hal itu untuk memperlihatkan tentang konsep identitas kebudayaan nasional kita tentang Keindonesiaan. 

Kemasan buku, dapat dikembangkan sedemikian rupa agar materi Buku pengayaan arkeologi dapat lebih mudah dipahami para siswa dan masyrakat pada umumnya. 

Pada intinya, Program Prioritas Rumah Peradaban Puslit Arkenas dan Balai Arkeologi se-Indonesia, perlu perspektif yang lebih luas, sinergi dan terintegrasi sebagai program nasional yang menjadi prioritas dalam rangka komitmen membangun revolusi mental dan pembangunan kebudayaan nasional. 

Demikian..Salam Rumah Peradaban...Salam Budaya..Salam Lestari

Salam hormat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun