Selain itu inovasi dan kreativitas masing-masing Balai Arkeologi untuk menampilkan program-programnya yang bisa mengajak masyarakat dan dunia pendidikan untuk memahami lebih dekat sumberdaya arkeologi dan sumberdaya budaya, sebagai sebuah asset pembangunan nasional.Â
I Made Geria mengharapkan, agar konten-konten materi kegiatan Rumah Peradaban, dapat menyentuh kepentingan publik, terutama dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, sebagai sarana pendayagunaan hasil penelitian arkeologi di seluruh Indonesia.Â
Konten-konten yang mendidik dan mencerdaskan, dapat lebih dirasakan oleh stakeholder di seluruh Indonesia, terutama dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan sarana pembangunan dan pemajuan kebudayaan.Â
Berbagai kegiatan dari Program Rumah Peradaban, diharapkan dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat terutama kalangan pendidikan dalam penyusunan materi-materi untuk praktek baik pendidikan untuk kalangan siswa di berbagai tingkatan.Â
Selain itu juga untuk sarana pendidikan masyarakat dalam membangun revolusi mental dan penguatan karakter dan identitas bangsa. Dalam hal ini, Program Rumah Peradaban kiranya dapat mengusung tema-tema Keindonesiaan.Â
Hal ini untuk memberikan pemahaman kepada siswa dan masyarakat umumnya, tentang identitas Keindonesiaan, baik konsep kebhinekaan, kemaritiman maupun kekayaan warisan budaya bangsa lainnya yang menjadi ciri yang melekat pada tubuh Keindonesiaan kita.Â
Selain itu, dalam pelaksanaannya, Program Rumah Peradaban, secara materi tetap menerapkan tiga kegiatan utamanya, yakni Destinasi Pendidikan, pembuatan alat peraga pendidikan beserta distribusinya yang lebih meluas dan penyusunan Buku Pengayaan, sebagai bentuk pengayaan materi untuk bahan ajar bagi sekolah-sekolah agar lebih memahami kekayaan warisan budaya bangsa.Â
Khusus untuk kegiatan Destinasi Pendidikan, jika selama ini sebelum pandemi covid 19, kegiatan Destinasi Pendidikan biasanya digelar berbagai kegiatan sekolah lapangan arkeologi (field school), maka dalam masa pandemi ini bisa diganti melalui kegiatan virtual.Â
Berbagai kegiatan virtual dapat dikembangkan, mulai pembuatan situs virtual arkeologi, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta, melalui Situs Virtual Liyangan. Juga dapat dikembangkan berbagai kegiatan pameran arkeologi secara virtual.Â
Selain itu, konten-konten pendidikan arkeologi dalam bentuk pengemasan film-film animasi arkeologi yang mendidik untuk memperkenalkan kepada para siswa dan generasi muda tentang kekayaan warisan budaya, dengan materi yang mendidik sekaligus menghibur.Â
Sementara itu, buku-buku pengayaan arkeologi untuk Program Rumah Peradaban, dapat mengangkat tema-tema identitas nasional Keindonesiaan.Â