Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tantangan dan Harapan Arkeologi Indonesia dalam Pembangunan Berkelanjutan

5 Januari 2021   18:30 Diperbarui: 8 Januari 2021   03:41 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Arkeologi Indonesia, Tantangan dan Harapan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Sumber: Sekretariat Bappenas

Tahun baru 2021 adalah tahun penuh tantangan, sekaligus harapan baru. Tantangan baru abad 21 (baca: dua satu) sudah di depan mata. Tantangan diantara kecemasan, kerisauan dan juga proyeksi-proyeksi yang mungkin bisa kita timbang dan hitung. Lalu bergerak lebih maju

Bagi saya yang bekerja sebagai arkeolog, maka tantangan arkeologi juga menghadang di depan mata, namun harapan baru juga menyertainya. Sebagaimana yang pernah saya tulis sebelumnya, bahwa dunia arkeologi di Indonesia semakin berkembang, terutama dunia risetnya. 

Berbagai tema dan topik penelitian semakin mengikuti tuntutan perkembangan zaman. Jika dekade sebelumnya, arkeologi hanya berkutatdi wilayah-wilayah hulu. 

Bergerak di wilayah-wilayah basis data. Mengumpulkan data, untuk mendukung pengembangan ilmu pengatahuan sejarah, kebudayaan dan peradaban. 

Melakukan penelitian untuk memproduksi informasi dan pengetahuan tentang sejarah peradaban berdasarkan budaya benda (material culture) yang ditemukan oleh para peneliti. 

Penelitian Arkeologi: Antara Manfaat Keilmuan dan Manfaat Praktis

Kini, peneliti semakin dituntut pula menghasilkan produk-produk riset yang bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. Tantangan itu semakin menguat di era dekade kedepan, di tengah situasi dan kondisi bangsa dihadapkan pada tantangan global. 

Dunia arkeologi Indonesia, diakui telah menghasilkan berbagai capaian-capaian yang penting di dunia yang sepi dari hiruk pikuk dan tepuk tangan. Pekerjaan sunyi, yang sesungguhnya memiliki arti yang penting dalam proses pencerdasan, penguatan jati diri dan karakter bangsa. 

Berbagai hasil riset demikian penting memberikan konstribusinya dalam bidang pemajuan pendidikan dan pemajuan kebudayaan. Dunia arkeologi yang pada umumnya, terutama dalam bidang penelitian dan pelestarian sumberdaya budaya atau yang kemudian ditetapkan sebagai cagar budaya. 

Di Indonesia, berdiri lembaga arkeologi yang bergerak di bidang riset atau penelitian dan pelestarian sumberdaya arkeologi, terutama yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. 

Khususnya Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan 10 Balai Arkeologi se Indonesia, sebagai lembaga penelitian dan pengembangan arkeologi, dihadapkan pada tantangan-tantangan baru, untuk menjawab soal-soal pengembangan ilmu pengetahuan, juga menjawab soal wilayah pengembangannya untuk manfaat praktis bagi masyarakat. 

Berbeda tugas dan fungsi yang diemban oleh lembaga arkeologi pelestari, yakni Direktorat Perlindungan Budaya dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) yang bekerja untuk melestarikan cagar-cagar budaya di seluruh Indonesia. 

Tuntutan atas kinerja penelitian arkeologi, sebagaimana tercantum dalam Renstra Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan 10 Balai Arkeologi, merupakan tanggungjawab yang melekat di institusi itu.

Utamanya adalah dalam kapasitasnya untuk menghasilkan produk informasi dan ilmu pengetahuan bagi pencerdasan, pemajuan pendidikan dan kebudayaan, serta penguatan karakter bangsa. 

Namun, selain itu dihadapkan pula pada tuntutan bahwa hasil penelitian arkeologi juga dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu berbagai rekomendasi kebijakan hasil penelitian oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional berserta 10 Balai Arkeologi se Indonesia. 

Setiap tahunnya diserahkan ke pihak-pihak terkait, terutama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) maupun ke Direktorat Jenderal (Dirjen) Kebudayaan untuk tindaklanjut pengelolaan sumberdaya arkeologi di seluruh Indonesia. 

Sementara itu di tingkat daerah, hasil penelitian arkeologi oleh para peneliti (arkeolog) di 10 Balai Arkeologi se Indonesia, juga menghasilkan berbagai rekomendasi kebijakan yang diserahkan dan untuk ditindaklanjuti oleh pihak terkait seperti Pemerintah Daerah.

Oleh karena itu penelitian arkeologi selain untuk tujuan manfaat akademik, sebagaimana dipahami oleh para arkeolog, yakni menghasilkan informasi dan ilmu pengetahuan. Juga manfaat praktis peningkatan ekonomi masyarakat.

Paradigma Arkeologi dan Tuntuan Pembangunan

Domain ilmu pengetahuan arkeologi sesuai paradigma arkeologi yakni, rekonstruksi sejarah budaya, rekonstruksi tingkah laku dan acara-cara hidup serta proses penggambaran budaya. 

Lalu manfaat ideologis, sebagai bagian proses penguatan jati diri bangsa. Juga dalam pengembangan manfaat praktis, yakni peningkatan ekonomi masyarakat, baik melalui pengembangan pariwisata maupun yang saat ini semakin dikembangkan, yakni ekonomi (industri) kreatif. 

Tantangan dunia arkeologi sepuluh tahun mendatang, terutama dalam bidang riset arkeologi untuk pengembangan ilmu pengetahuan (sejarah, budaya dan peradaban) berdasarkan manfaat akademik, ideologi dan ekonomi menjadi semakin relevan untuk menjawab soal-soal sosial budaya masyarakat. 

Tantangan arkeologi di masa depan, tidak hanya dituntut menghasilkan produk ilmiah, dengan indikator yang paling jelas melalui berbagai artikel yang terbit di jurnal ilmiah.

Baik yang diterbitkan oleh Pusat penelitian Arkeologi Nasional maupun Balai Arkeologi se Indonesia yang rerata terbit secara online dan bisa diakses oleh publik. Namun juga indikator tentang berbagai bentuk peran penting arkeologi dalam peningkatan ekonomi masyarakat. 

Kiprah arkeologi ke depan, diharapkan juga sebagaimana bidang ilmu lainnya, memberikan sumbangsihnya dalam proses peningkatan keilmuan namun juga manfaat praktis yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan dan hajat hidupnya sehari-hari, tanpa melalaikan produk keilmuannya. 

Namun kesadaran akan pentingnya sumberdaya budaya, sumberdaya arkeologi sebagai warisan leluhur yang harus dilestarikan juga menjadi tanggungjawab lembaga penelitian arkeologi dengan para penelitinya (arkeolog).

Transformasi teknologi saat ini dan masa yang akan datang, akan terus bergeliat, justru berkembang dengan sangat pesatnya. Lalu bagaimana dengan arkeologi, yang dianggap sebagai ilmu yang bergerak mundur ke masa lalu?

Sebuah kalimat seperti sindiran sekaligus tantangan, mengingat arkeologi mempelajari kehidupan dan peradaban masa lampau, yang sudah ditinggalkan.

Arkeologi Indonesia dan Pembangunan Berkelanjutan

Lembaga penelitian arkeologi, setiap tahunnya menghasilkan ratusan karya tulis ilmiah yang dihasilkan oleh para penelitinya, yang terbit di puluhan jurnal ilmiah.

Selain itu di tingkat kebutuhan pemajuan dan pengembangan pendidikan, tantangan arkeologi Indonesia ke depan adalah kemampuannya untuk memproduksi bahan-bahan bacaan bagi pencerdasan generasi muda. Sebenarnya, kondisi ini sudah menjadi tanggungjawab melekat bagi lembaga arkeologi sejak berdirinya. 

Setiap tahunnya, berbagi karya tulis yang dibukukan, baik untuk kalangan umum maupun kebutuhan bahan materi pelajaran sekolah dihasilkan. Namun demikian, kualitas produk dengan kreasi dan inovasi materi pembelajaran untuk kalangan siswa tetap dibutuhkan. 

Bagi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan 10 Balai Arkeologi se Indonesia, berbagai materi pembelajaran sudah demikian berkembang, melalui variasi produk buku-buku bahan ajar. 

Variasi itu baik dalam bentuk buku-buku ilmiah yang diterbitkan baik secara mandiri oleh para arkeolog maupun yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi bekerjasama dengan lembaga penerbit yang terekomendasi. 

Selain buku-buku ilmiah, baik buku teks maupun hasil riset, juga dikembangkan buku-buku karya popular ilmiah yang lebih mudah menjangkau kalangan awam. 

Ditambah lagi dengan berbagai varian buku-buku arkeologi untuk kalangan anak-anak Sekolah Dasar dan Usia Dini, dalam bentuk Komik Arkeologi. 

Namun itu saja, ternyata tidak cukup untuk menguatkan eksistensi lembaga riset arkeologi yang sesungguhnya semakin mendapat ruang oleh pemerintah. 

Menjawab tantangan itu, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional beserta 10 Balai Arkeologi se Indonesia, menginisiasi lahir tema-tema penelitian arkeologi yang lebih kontenporer dan menjawab tuntutan zaman. Saat ini misalnya penelitian-penelitian melalui pendekatan Suistainable Development Goals (SDG's) atau pembangunan berkelanjutan. 

Berangkat dari data arkeologi juga gambaran peradaban masa lampau, para arkeolog dituntut dapat menghasilkan sebuah konsep maupun metode, agar nilai-nilai peradaban masa lalu, dapat secara konkret diterapkan dalam kehidupan kekinian, misalnya untuk mengatasi kemiskinan, dampak lingkungan dan sebagainya. 

Wacana pengembangan dan pemanfaatan arkeologi berkelanjutan merupakan konsep yang harus diterjemahkan sebagai modal sosial budaya di masa mendatang dalam kerangka pembangunan nasional. 

Oleh karena itu wacana itu menjadi tuntutan untuk diwujudkan pelaksanaannya. Hasil penelitian arkeologi di seluruh wilayah Indonesia, kiranya dapat menjawab tantangan itu

Oleh karena ancangan strategis tersebut, setidaknya Bappenas melihat kiprah Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan 10 Balai Arkeologi se Indonesia, semakin diperhitungkan dalam program-program strategis pemerintah. 

Kondisi ini tentu saja sekaligus juga menjadi harapan baru bagi arkeologi Indonesia, melalui Pusat Penelitian Arkeologi Nasional maupun 10 Balai Arkeologi Indonesia, dibawah naungan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud.

Dalam pandangan Bappenas, kiprah lembaga riset arkeologi berkesusuaian dengan analisis dan isu strategis bidang pemajuan kebudayaan yang juga menjadi konsen Bappenas.

Menurut Didik Darmanto (2019) dari Bidang Direktorat Pendidikan Tinggi, Iptek dan Kebudayaan Bappenas, analisa dan isu strategis itu antara lain: Pertama; Melemahnya ketahanan budaya dan rendahnya pelindungan hak kebudayaan. Globalisasi dan pertukaran budaya global menjadi tantangan.

Nilai dan kearifan lokal dapat digunakan untuk membangun relasi sosial yang harmonis, dan memperkuat daya rekat sosial masyarakat. Kemajemukan Indonesia harus dijadikan modal dasar untuk mendorong Indonesia tumbuh-kembang menjadi negara-bangsa yang kuat dan unggul.

Kedua; Belum optimalnya pemajuan kebudayaan Indonesia. Kontribusi ekspor ekonomi budaya terhadap total ekspor nasional masih rendah yaitu sebesar 13,77 persen (2016). Kontribusi ekonomi budaya terhadap PDB juga masih rendah yaitu sebesar 7,44 persen atau Rp 922,59 triliun (2016).

Ketiga; Belum mantapnya pendidikan karakter dan budi pekerti Baru 30% daerah memiliki Indeks Integritas UN yang tinggi. (Kemdikbud, 2017)Dari 3,3 juta pengguna narkoba, 810.267 pelajar (24%) (BNN, 2017); 79% siswa SMP, SMA mengalami perundungan (GSHA 2015);32,7% pelajar pernah diserang secara fisik (SNKBS, 2015).

Ketiga, Rendahnya budaya literasi. Masyarakat membaca surat kabar/majalah 13,11%, artikel/ berita elektronik 18,89% (Susenas MSBP 2015).World’s Most Literate Nations Indonesia peringkat ke-60 dari 61 negara paling literat (Central Connecticut State University – CCSU).

Keempat, Masih lemahnya pengamalan nilai agama dan kerukunan. Masih terdapat kesenjangan antara pemahaman dan pengamalan nilai agama. Indeks Kerukunan Umat Beragama mengalami penurunan dari 75,36 pada tahun 2015 menjadi 72,27 pada 2017.

Kelima, Belum optimalnya peran peran keluarga dalam pembangunan karakter bangsa.

Berdasarkan analisa dan isu strategis bidang kebudayaan, sebagaimana pandangan Bappenas, tentu saja menjadi tantangan bagi arkeologi Indonesia, sekaligus juga harapan baru, bahwa kiprah lembaga riset arkeologi semakin diperhitungkan dan mendapat tempat di mata pemerintah.

Oleh karena itu, tantangan arkeologi kedepan harus dijawab dengan kinerja-kinerja arkeologi yang berkualitas agar dapat mengkonversi atau merubahnya menjadi harapan baru bagi dunia arkeologi Indonesia dalam menjawab tuntutan pembangunan nasional di masa mendatang.

Demikian.

Salam Arkeologi.. Salam Budaya.. Salam Lestari.

Salam Hormat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun