Tantangan arkeologi di masa depan, tidak hanya dituntut menghasilkan produk ilmiah, dengan indikator yang paling jelas melalui berbagai artikel yang terbit di jurnal ilmiah.
Baik yang diterbitkan oleh Pusat penelitian Arkeologi Nasional maupun Balai Arkeologi se Indonesia yang rerata terbit secara online dan bisa diakses oleh publik. Namun juga indikator tentang berbagai bentuk peran penting arkeologi dalam peningkatan ekonomi masyarakat.Â
Kiprah arkeologi ke depan, diharapkan juga sebagaimana bidang ilmu lainnya, memberikan sumbangsihnya dalam proses peningkatan keilmuan namun juga manfaat praktis yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan dan hajat hidupnya sehari-hari, tanpa melalaikan produk keilmuannya.Â
Namun kesadaran akan pentingnya sumberdaya budaya, sumberdaya arkeologi sebagai warisan leluhur yang harus dilestarikan juga menjadi tanggungjawab lembaga penelitian arkeologi dengan para penelitinya (arkeolog).
Transformasi teknologi saat ini dan masa yang akan datang, akan terus bergeliat, justru berkembang dengan sangat pesatnya. Lalu bagaimana dengan arkeologi, yang dianggap sebagai ilmu yang bergerak mundur ke masa lalu?
Sebuah kalimat seperti sindiran sekaligus tantangan, mengingat arkeologi mempelajari kehidupan dan peradaban masa lampau, yang sudah ditinggalkan.
Arkeologi Indonesia dan Pembangunan Berkelanjutan
Lembaga penelitian arkeologi, setiap tahunnya menghasilkan ratusan karya tulis ilmiah yang dihasilkan oleh para penelitinya, yang terbit di puluhan jurnal ilmiah.
Selain itu di tingkat kebutuhan pemajuan dan pengembangan pendidikan, tantangan arkeologi Indonesia ke depan adalah kemampuannya untuk memproduksi bahan-bahan bacaan bagi pencerdasan generasi muda. Sebenarnya, kondisi ini sudah menjadi tanggungjawab melekat bagi lembaga arkeologi sejak berdirinya.Â
Setiap tahunnya, berbagi karya tulis yang dibukukan, baik untuk kalangan umum maupun kebutuhan bahan materi pelajaran sekolah dihasilkan. Namun demikian, kualitas produk dengan kreasi dan inovasi materi pembelajaran untuk kalangan siswa tetap dibutuhkan.Â
Bagi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan 10 Balai Arkeologi se Indonesia, berbagai materi pembelajaran sudah demikian berkembang, melalui variasi produk buku-buku bahan ajar.Â