Menurut Didik Darmanto (2019) dari Bidang Direktorat Pendidikan Tinggi, Iptek dan Kebudayaan Bappenas, analisa dan isu strategis itu antara lain: Pertama; Melemahnya ketahanan budaya dan rendahnya pelindungan hak kebudayaan. Globalisasi dan pertukaran budaya global menjadi tantangan.
Nilai dan kearifan lokal dapat digunakan untuk membangun relasi sosial yang harmonis, dan memperkuat daya rekat sosial masyarakat. Kemajemukan Indonesia harus dijadikan modal dasar untuk mendorong Indonesia tumbuh-kembang menjadi negara-bangsa yang kuat dan unggul.
Kedua;Â Belum optimalnya pemajuan kebudayaan Indonesia. Kontribusi ekspor ekonomi budaya terhadap total ekspor nasional masih rendah yaitu sebesar 13,77 persen (2016). Kontribusi ekonomi budaya terhadap PDB juga masih rendah yaitu sebesar 7,44 persen atau Rp 922,59 triliun (2016).
Ketiga;Â Belum mantapnya pendidikan karakter dan budi pekerti Baru 30% daerah memiliki Indeks Integritas UN yang tinggi. (Kemdikbud, 2017)Dari 3,3 juta pengguna narkoba, 810.267 pelajar (24%) (BNN, 2017); 79% siswa SMP, SMA mengalami perundungan (GSHA 2015);32,7% pelajar pernah diserang secara fisik (SNKBS, 2015).
Ketiga, Rendahnya budaya literasi. Masyarakat membaca surat kabar/majalah 13,11%, artikel/ berita elektronik 18,89% (Susenas MSBP 2015).World’s Most Literate Nations Indonesia peringkat ke-60 dari 61 negara paling literat (Central Connecticut State University – CCSU).
Keempat, Masih lemahnya pengamalan nilai agama dan kerukunan. Masih terdapat kesenjangan antara pemahaman dan pengamalan nilai agama. Indeks Kerukunan Umat Beragama mengalami penurunan dari 75,36 pada tahun 2015 menjadi 72,27 pada 2017.
Kelima, Belum optimalnya peran peran keluarga dalam pembangunan karakter bangsa.
Berdasarkan analisa dan isu strategis bidang kebudayaan, sebagaimana pandangan Bappenas, tentu saja menjadi tantangan bagi arkeologi Indonesia, sekaligus juga harapan baru, bahwa kiprah lembaga riset arkeologi semakin diperhitungkan dan mendapat tempat di mata pemerintah.
Oleh karena itu, tantangan arkeologi kedepan harus dijawab dengan kinerja-kinerja arkeologi yang berkualitas agar dapat mengkonversi atau merubahnya menjadi harapan baru bagi dunia arkeologi Indonesia dalam menjawab tuntutan pembangunan nasional di masa mendatang.
Demikian.
Salam Arkeologi.. Salam Budaya.. Salam Lestari.