Hal ini karena kita menciptakan atau menghadirkan suasana hati, energi positif untuk mengalirkan ide dan tulisan. Atau dengan kata lain, menulis bukan karena mood, tapi kita menciptakan mood untuk menulis.
Kedua, Menulis sebagai TerapiÂ
Menulis itu seperti halnya, ketika seseorang dalam rasa sedih, kecewa, terluka dan segala bentuk kegundahan hati lainnya, lalu menceritakan kegundahan itu sebagai ungkapan untuk melampiaskan atau mengungkapkan isi hati Anda itu.Â
Sama halnya ketika orang yang bersedih, lalu curhat kepada orang lain, untuk meringankan beban dan kesedihannya.Â
Ada sebagian orang berpesan atau memberi anjuran, ketika kita sedang bersedih, bicaralah atau ceritakanlah kesedihan Anda kepada sahabat Anda, karena itu salah satu terapi untuk sedikit meringankan beban hati Anda.Â
Dengan bercerita, kita akan merasa plong. Demikian pula dengan menulis, kita andaikan saja sedang curhat atau menumpahkan isi hati Anda yang galau, untuk meringankan beban hati Anda.Â
Jadi menulis sebagaimana curhat, adalah sebuah terapi untuk melegakan perasaan Anda. Ada yang Anda pikirkan, lalu Anda ungkapkan apa yang Anda pikirkan melalui tulisan. Plong !Â
Jadi menulis itu bisa dilakukan kapan dan di mana saja, dalam situasi dan kondisi apapun, karena menulis itu terapi untuk membuat suasana hati kita selalu nyaman dan bahagia. Kita menciptakan suasana hati bahagia dan nyaman, dengan jalan menulis.
Ketiga, Menulis sebagai Kegiatan Memberi Nasehat
Secara batiniah, setiap orang akan lebih senang memberi nasehat daripada menerima nasehat. Setiap orang lebih nyaman menasehati daripada dinasehati.Â
Oleh karena secara psikologis, menasehati itu sebagai kegiatan yang lebih aktif daripada mendengar atau menerima nasehat, sebagai kegiatan yang pasif.Â