Oleh karena kegiatan aktif, maka menulis itu juga sebagai proses yang didahului oleh inisiatif. Setiap orang secara alam bawah sadar, senantiasa akan selalu berinisiatif, ketika kita dalam posisi yang aktif.Â
Oleh karena itu, menulis sebagai layaknya kegiatan menasehati, adalah pekerjaan yang lebih kita inginkan, daripada menerima nasehat. Jadi siklus menulis dan membaca, akan didahului dengan menulis terlebih dulu, daripada membaca.Â
Namun untuk menjadi penulis yang baik, juga adalah pembaca yang baik, pembaca yang tekun. Menulis adalah kegiatan aktif menasehati, walaupun isi tulisan tidak selalu soal menasehati, paling tidak kita aktif menyampaikan saran.Â
Intinya rasakan bahwa menulis itu kegiatan aktif menasehati, bukan sekedar menerima nasehat. Kita akan lebih nyaman memberi nasehat daripada menerima nasehat bukan?
Begitu menurut saya cara menciptakan atau menghadirkan mood. Tentu apa yang saya ulas di Kompasiana ini, berisiko pada diri saya sendiri.Â
Risiko yang saya maksud, mungkin sebagian besar pembaca menilai saya, bahwa seharusnya saya tidak pernah berhenti atau melakukan jeda menulis. Ya, nggak begitu juga.
Menulis sebagai Kekuatan kehendak
Menulis itu bukan sekadar mood, maka seperti Pak Ketut Suweca katakan, tidak ada salahnya kita mengambil jeda, untuk tidak menulis sejenak, kalau memang ada kesibukan lain yang tak bisa dijeda dengan menulis, apalagi kalau itu pekerjaan utama kita.Â
Sebenarnya menurut saya, jeda menulis bukan hanya soal pekerjaan utama menyita waktu dan pikiran sehingga kita sementara melakukan jeda menulis.Â
Bagi saya, menulis karena sebagai hiburan, maka ketika saya melakukan jeda menulis, semata-mata karena memang saya ingin mengerjakan pekerjaan lain.Â
Soal menulis itu khan soal aktivitas sehari-hari, yang bisa kita jeda kapan saja, bahkan meski tanpa alasan apapun....hehehe.Â