Tercatat impor keramik abad 16-17M, sangat masif dan produksi masal, bahkan kualitas keramik sengaja diturunkan kualitasnya, hanya agar dapat dijangkau atau dibeli oleh semua kelas sosial konsumen.Â
Masyarakat nusantara pada masa itu banyak memesan untuk keperluan sehari-hari, tanpa bisa dibedakan lagi kelas sosialnya.Â
Singkatnya, sebagai arkeolog cara pandang saya melihat fenomena masa lalu dari data arkeologi atau artefak sebagai material kultur, dapat ditarik pula ke masa kini.Â
Gadget baik iPhone ataupun Android, adalah bentuk material kultur, budaya materi, sehingga dalam kacamata arkeologi marxis, dapat pula dilihat sebagai simbol-simbol pertarungan kelas.Â
Ingat, pada awal kemunculan alat komunikasi ini, hanya yang berkantung tebal saja yang bisa memiliki handphone. Saya pribadi baru memiliki handphone jadul di awal tahun 2005.Â
Lambat laun, mengingat kebutuhan pasar dan semakin masifnya kebutuhan sarana komunikasi, para pemilik brand handphone meningkatkan jumlah produksinya, untuk memenuhi kebutuhan pasar. Tentu seiring pula dengan kondisi ekonomi masyarakat dan bangsa dalam perspektif yang luas.Â
Seiring waktu, dengan semakin canggihnya alat komunikasi serta persaingan pasar, masing-masing brand selalu memperbaharui teknologinya, tampilannya bahkan berbagai pilihan-pilihan lain untuk menggaet pasar. Dampaknya secara masif, persaingan gadget juga pertarungan penggunanya.Â
iPhone Vs Android, Perannya dalam Penciptaan Budaya Hedonisme
iPhone dan Android, pada akhirnya harus diterima sebagai material kultur, identitas penggunanya. Juga menunjukkan kelas sosial penggunanya. Meskipun secara sosial tidak bisa lagi dilihat pembedaan kelas-kelas sosial pengguna brand gadget itu.Â