Orang-orang berkerumun di tengah malam buta. Membangunkan seluruh isi kampung. Bukan hanya orang yang terbangun, bahkan hewan ternak juga semuanya terbangun. Tetangga sebelah, berteriak ternak sapi sebelah rumah milik tetangga sebelahnya lagi mati.Â
Katanya suara sapi melenguh kesakitan membangunkannya. Sapi milik Tete Aji, tetangganya mati mengenaskan. Semua isi perutnya kosong. Darah sapi berceceran, ususnya terburai, hanya menyisakan, jejak usus seperti direnggut paksa. Jantung, limfa, hati dan semua isi perut sapi itu kosong. Leher sapi itu juga nyaris putus. Â
"Suanggi, pasti suanggi makan itu" seorang lelaki paruh baya tiba-tiba teriak dari kerumunan, dari arah belakang kampung.Â
"iyo lae, suanggi kapa tuh e, astagaaa, beta memang su curiga deng dong ( Betul juga, mungkin suanggi itu, astaga, saya memang curiga dengan dia)" seorang ibu-ibu setengah tua, ikutan berteriak di tengah kerumunan.Â
"sambarang sa ale e, dong suanggi sapa, ale jang bicara sambarang (Sembarangan kamu, dia siapa yang kamu maksud sebagai suanggi, kamu jangan bicara sembarangan)" seorang anak muda menimpali, seakan tak mau menerima gosip soal ada tetangga kampung yang menganut ilmu hitam, sehingga berubah jadi hantu suanggi.Â
"iyo lawang, jang sambarang, ini bukan bulan terang (bulan purnama), dong seng mungkin kaluar,  dong itu biasa keluar kalau bulan terang (Iya betul, jangan sembarangan, ini bukan bulam purnama, tidak mungkin dia (suanggi) keluar. Suanggi khan keluar biasanya kalau bulan purnama)" '' seorang lelaki lainnya ikut menimpali.Â
Masno yang baru tinggal disitu, terbengong-bengong. Tidak mengerti percakapan orang-orang di tengah malam buta itu. Mau bertanyapun rasanya kaku setengah mati. Takut salah.Â
Tapi tidak bertanya, bisa mati penasaran. Juga rasa takut seketika menerjang jantung. Membayangkan bagaimana, kalau nasib naas sapi itu menyasarnya. Bergidik. Merinding hebat. Tiba-tiba gigil kedinginan hinggap.Â
Iya, Masno adalah orang Jawa yang baru tinggal di Kota Ambon. Dia merintis usaha membuat warung makan kecil-kecilan. Warung makan prasmanan, makanan rumahan di pinggir pelabuhan. Baru sebulan, dia tinggal di sebuah permukiman di pinggiran kota Ambon.Â
" Masno, kenapa bengong ale (kenapa bengong kamu)" tanya seorang lelaki paruh baya, seorang pemilik rumah kontrakannya, yang tinggal tak jauh dari rumahnya.Â
" Ohiya pak, saya kaget, kuatir, takut juga, campur aduk, seumur-umur baru melihat kejadian seperti ini" jawab Masno gugup.Â
" Ya sudah pulang saja Mas, nanti di rumah saya cerita, tanggung sudah malam begini, mending sekalian jaga-jaga sampai pagi, siapa tahu hantu suanggi masih berkeliaran di kampung" kata Bapak kos itu menjelaskan dengan dingin. Masno mengekor saja apa yang dimaui oleh bapak kosnya itu. Dia bergegas jalan, mengikuti bapak kos menuju rumah kos-kosannya itu.
 Orang-orang masih ramai bergunjing di tengah kampung. Pemilik sapi yang mati dibunuh suanggi itu, mulai membereskan sapinya. Tengah malam itu juga, dia menggali kubur buat sapinya. Pantang sapi yang mati dibunuh suanggi untuk dimakan. Makanya, malam itu juga digalinya tanah di dalam kandang itu untuk menguburkan sapinya.Â
Bapak kos itu rupanya malah singgah di rumah kos Masno, bukan ke rumahnya. Padahal Masno berharap cerita tentang Suanggi itu diteruskan di rumah bapak kos, bukan di rumah kos-kosannya. Berharap minum kopi gratis. Sebaliknya, dia harus membuatkan kopi bapak kosnya itu.Â
Orang kampung sepertinya masih berjaga malam itu. Tidak ada tanda-tanda orang-orang masuk rumah untuk melanjutkan tidur. Yang ada justru semakin banyak orang yang bangun dan keluar ke jalanan di kampung itu. Tengah malam buta. Kampung jadi ramai, seakan mereka percaya, hantu suanggi itu masih berkeliaran di kampung.Â
"Orang kampung disini, curiga ada salah satu warga disini jadi Suanggi. Makanya mereka berjaga-jaga. Lihat saja tadi waktu kita pulang, ada saja orang-orang yang berjalan ke gang-gang rumah, siapa tahu melihat Suanggi yang sembunyi di gang rumah, atau di got-got" kata Bapak kos begitu duduk di teras rumah kos yang disewakan ke para pedagang pendatang, termasuk Masno.Â
"Suanggi itu apa sih pak, hantu bukan? kok orang-orang curiga ada orang kampung yang jadi suanggi? Suanggi itu siluman? siang manusia biasa, kalau malam jadi hantu suanggi, atau bagaimana? tanya Masno beruntun kepada bapak kosnya saking penasarannya.Â
Bapak kos membakar rokok dan menyeruput kopinya, sebelum bercerita soal suanggi. Raut wajahnya sangat tenang, walaupun masih terselip rasa kekhawatiran.Â
Bapak kos mulai menceritakan tentang apa sesungguhnya suanggi itu. Konon kabarnya di masa Zaman Belanda, ada seorang wanita cantik jelita, hidup bersama anak gadisnya yang masih kecil.Â
Hidup sebatang kara di sebuah kampung yang terbelakang. Rumahnya gubuk derita. Makan seadanya, kadang dari pemberian orang, kadang hanya menjual kayu bakar, yang dikumpulkannya dari hutan.Â
Suaminya, sudah meninggal dibunuh Belanda. Waktu itu anak gadisnya masih kecil. Controler Belanda yang masih muda waktu itu, melihat kecantikan wanita itu. Hasrat untuk mengawini wanita itu tak terbendung, tetapi terhalang oleh suami, yang sekaligus musuh Belanda. Singkat cerita dibunuhnya suaminya itu dengan tebasan pedang dan tembakan beruntun.Â
Lalu, dengan paksa, di depan mayat suaminya,wanita itu melayani nafsu controler Belanda itu. Juga di depan anak gadisnya yang masih kecil itu. Sejak itu, hampir tiap hari controler Belanda itu selalu datang ke gubuk wanita cantik jelita dan anak gadisnya itu. Semanta -mata hanya melampiaskan nafsu setannya. Tanpa bertanggungjawab menikahi dan menafkahi. Wanita itu tetaplah miskin.Â
Selama beberapa tahun lamanya, terus seperti itu. Hingga anak gadis tumbuh dewasa. Bahkan ketika anak gadisnya tumbuh dewasa, menjadi wanita yang cantik jelita pula. Bahkan suatu ketika setelah dewasa, anak gadisnyapun menjadi korban kebiadaban controller Belanda itu.Â
"Jadi hantu suanggi itu sudah ada sejak zaman Belanda Pak?' tanya Masno menyela
Bapak kos tampak jengkel, ceritanya dipotong Masno tiba-tiba.Â
"Sebentar, jang potong dolo ka (Sebentar, jangan menyela dulu)" tukas Bapak kos sembari memanfaatkan waktu menyruput lagi kopinya. Masno hanya nyengir melihatnya. Walaupun begitu, Bapak kos tidak berharap lupa, maka pertanyaan Masnopun langsung dijawabnya.Â
Iyo Mas, hantu suanggi itu sudah lama sekali, dari dulu saya kecil, saya su dengar dari tete nene lai. Tapi ini bukan cuma cerita, memang suanggi itu ada. Su banyak kejadian orang mati karena suanggi" Â jawab bapak kos itu sambil menghisap sigaretnya dalam -dalam lalu menyemburkannya ke wajah Masno yang bukan perokok. Dan asap rokokpun membuatnya gelagepan terbatuk-batuk. "Ah sialan, korban perokok pasif nih" gumam Masno lirih.Â
"Jadi dulu banyak kejadian orang mati karena suanggi?, lah kenapa sekarang kok sapi Pak?' tanya Masno dengan lugunya, sambil keheran-heranan yang semakin membuat mulutnya tambah monyong.Â
"Diam dolo ka" Bapak kos kali ini mendelikkan matanya. Masno tambah gugup dan pucat.Â
Bapak kospun melanjutkan ceritanya kembali. Jadi setelah ibu dan anak gadis yang dua-duanya cantik jelita itu, hanya jadi korban nafsu bejat controler Belanda itu.Â
Diam -diam keduanya menyimpan dendam, dan menyusun rencana untuk membalas dendam. Kematian suami di depan dia dan anak gadisnya tidak terlupakan. Dendam kesumat membatu di dalam kepalanya.Â
Begitu juga anak gadisnya. Sekian tahun melihat kebiadaban terjadi di depan mata. Tanpa mampu berbuat apa-apa. Kini saatnya membalas dendam. Demikian, rencana ibu dan anak ini bermula. Sadar keduanya adalah manusia lemah, tak mungkin bisa membalas dendam kepada controler Belanda yang berkuasa itu. Akhirnya mereka berniat menuntut ilmu hitam. Keduanya ke sebuah pulau, berhari-hari dengan mendayung sampan.Â
Di pulau tak berpenghuni itu, mereka bersekutu dengan setan penunggu pulau kosong itu. Akibat bersekutu dengan setan yang bersemayam di sebuah pohon besar dalam hutan di pulau kosong itu. Mereka akhirnya menguasai ilmu hitam itu. Mereka mempraktekkan ilmu hitamnya.Â
Sang ibu bisa berubah menjadi bola api, juga kadang merupa wanita cantik jelita, sehingga setiap lelaki hidung belang pasti akan jatuh cinta. Saat yang dia kehendaki, maka dia dengan mudah bisa membunuh lelaki hidung belang yang mengganggunya.Â
Sementara sang anak, akibat ilmu hitam itu, lebih mengerikan lagi. Kepala dan bagian organ dalamnya bisa melepaskan diri dari raganya. Terbang diantara pepohonan dan bisa membunuh dengan cara apapun yang dia kehendaki. Bisa dengan mencekik, menggigit dan menghisap darah korbannya.Â
"Sebentar pak, jadi semacam leak di Jawa dan Bali ya Pak, suanggi itu" Masno menyela, karena kaget mendengar cerita bapak kos itu.Â
"Mungkin saja, memangnya di Jawa atau Bali ada suanggi juga apa? Kata Bapak kos balik bertanya. Masno hanya bisa garuk-garuk kepala yang tidak gatal itu sambil menggeleng.Â
Yakin dengan kekuatan yang dimiliki, merekapun kembali ke kampungnya. Suatu malam, tepat di bulan purnama, konon kekuatan suanggi berlipat ganda. Bapak kos melanjutkan ceritanya. Bahkan katanya, setiap bulan purnama, mereka keluar rumah di tengah malam buta, untuk membunuh korbannya.
 " Jadi dong, ada ritual setiap bulan terang (bulan purnama), dong menari-nari sambil terbang" kata bapak kos kali ini sambil membakar rokoknya lagi sambung menyambung.Â
Suatu malam controler Belanda itu datang ke rumah janda dan anak gadisnya itu. Keduanya tampak sangat cantik di mata Belanda itu. Ibunya yang sudah paruh baya, masih tampak cantik jelita.Â
Apalagi anak gadisnya yang masih remaja. Kedatangan controler Belanda di malam itu, adalah malam terakhir baginya. Dan controler belanda itu tidak menyadarinya.Â
Keesokan paginya, orang kampung dihebohkan dengan temuan mayat controler Belanda itu. Ditemukan di pintu gerbang jalan masuk desa. Isi perutnya kosong, hanya tersisa usus yang terburai. Lehernya nyaris putus. Orang kampung kaget luar biasa, heran bukan kepalang. Kejadian ini pertama kali disaksikan mareka. Sebelumnya, desa itu tenang-tenang saja.Â
Tak ada kecurigaan sama sekali orang kampung terhadap janda dan anaknya itu. Tidak mungkin mereka yang melakukannya. Apalagi dengan kondisi mengenaskan seperti itu. Juga antara rumahnya dengan pintu gerbang desa, cukup jauh. Sama sekali tidak masuk akal kalau janda dan anak gadisnya melakukan itu. Walaupun penduduk kampung tau, controler Belanda itu sering datang ke situ.Â
'Terus, bagaimana cerita selanjutnya Pak?"
"Kenapa sampai sekarang, semua orang disini percaya suanggi masih ada".
"Kalau cerita bapak kos, ini khan kisah zaman Belanda, apa suanggi itu abadi, kayak cerita higlander di Skotlandia itu"Â
Masno nyerocos, sambil memonyongkan mulutnya yang memang sudah monyong. Kali ini Bapak kos yang gelagepan, disembur pertanyaan-pertanyaan Masno yang beruntun.
"Sebentar Mas, satu-satu, jangan nyerocos gitu, kamu punya rokok? " tukas Bapak kos, yang membuat Masno tercekat dengan pertanyaan di ujung kalimat Bapak kos itu.Â
Matanya nanar. Di malam buta yang mendekati pagi itu, semakin membuat Masno menggigil. Ketakutannya memuncak, bukan karena suanggi, tapi pertanyaan bapak kosnya membuatnya ketakutan. Pertanyaan yang selalu akan disambung, "kapan kamu bayar uang kos Masno?". Â Masno gemetar dan gugup. Â
***
Bersambung ke Bagian 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H