Irna Saptaningrum, peneliti Balai Arkeologi Sulut, melakukan ekskavasi di beberapa titik sudut benteng yang dikenal dengan nama Benteng Maas. Dari serangkaian ekskavasi ditemukan tiga bastion Benteng Maas.Â
Dalam suatu kesempatan saya meminta peneliti Balai Arkeologi Sulawesi Utara, untuk terus menindaklanjuti penelitian tentang keberadaan Benteng Maas tersebut.Â
Dalam kacamata saya sebagai arkeolog, Benteng Maas memiliki peran penting dalam sejarah kolonialisasi di wilayah Gorontalo sekarang.Â
Menurut laporan Irna Saptaningrum, Benteng Maas jauh sebelum masa kolonial Belanda. Katanya, sewaktu ditemukan pemerintah Belanda pada tahun 1805, Benteng Maas sudah dalam keadaan yang rusak.Â
Lalu berdasarkan catatan-catatan yang dikumpulkan, ada beberapa petunjuk yang mengarah pada Spanyol dan Portugis. Jika merujuk ke persaingan Spanyol dan Portugis, maka diketahui, kisaran abad 15-16M.Â
Sebelumnya bangsa Spanyol dan Portugis telah membuat Perjanjian Tordesilas pada 7 Juni 1494 yang ditandatangani di Tordesilas, Spanyol. Perjanjian tersebut difasilitasi Paus sebagai pimpinan tertinggi Katolik.Â
Isi perjanjian bahwa bangsa Portugis akan bergerak ke Timur, dan bangsa Spanyol bergerak ke Barat. Setelah Portugis melewati Madagaskar dan Spanyol melewati Meksiko, keduanya bertemu di Maluku.Â
Tampaknya, keberadaan Benteng Maas, berhubungan dengan persaingan Spanyol dan Portugis dalam penguasaan wilayah di Kwandang, Gorontalo Utara. Berarti, posisi Kwandang waktu itu sudah demikian penting.Â
Pertama, pentingnya suatu daerah pada masa pendirian benteng (misalnya potensi tempat itu untuk dijadikan pusat perdagangan).Â