Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Benteng Maas di Gorontalo Utara yang Misterius dan Misteri Sejarah Pertambangan Emas Zaman Belanda

26 September 2020   04:55 Diperbarui: 26 September 2020   13:07 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Balai Arkeologi Sulut/Irna Saptaningrum

Misteri Pertambangan Emas Zaman Belanda di Kwandang, Gorontalo Utara: Berhenti karena Resesi atau Gempa dan Tsunami? 

Misteri yang perlu dipecahkan oleh peneliti juga adalah soal tambang emas di zaman kolonial Belanda dulu. 

Hasanuddin Anwar, Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sulut mengatakan data ANRI menyebutkan sekitar tahun 1830, setidaknya terdapat 9 perusahaan tambang emas beroperasi di wilayah Kwandang dan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara sekarang. 

Menurutnya, terdapat 9 perusahaan yang memperoleh izin eksploitasi emas di Kwandang. Perusahaan terbesar adalah Exploratie en Minjbouw-Maatschappij Kwandang-Sumalata, lokasi pengembangannya adalah Sumalata.

Menurut catatan itu, seperti yang dikutip kembali oleh Irna Saptaningrum dari Balai Arkeologi Sulut, Sumalata, memproduksi emas sangat sedikit kuantitasnya antara tahun 1896 dan 1908. Sementara di Ratatotok, berproduksi mulai tahun 1800-1821 dengan total produksi 8.5 juta gulden. 

Di Paleleh, Belanda memulai produksi pada tahun 1896, berakhir 1929. Produksi hingga mencapai 1 juta ton bijih emas dengan total nilai 11 juta gulden. Sedangkan di Bolaang Mangondow, memulai produksi 1913 dan berakhir 1931, dengan produksi emas mencapai, 5000 kg emas. Untuk selengkapnya dapat di lihat pada catatan di bawah ini: 

Sumber: Balai Arkeologi Sulut/Irna Saptaningrum
Sumber: Balai Arkeologi Sulut/Irna Saptaningrum
Sesuatu yang sangat menarik bagi saya pribadi, untuk lebih jauh mengetahui tentang arkeologi industri di awal abad 19 M, soal pertambangan emas itu. 

Berapa kapastitas produksi, dan bagaimana mobilisasi alat, tenaga dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Menjadi beberapa isu penting dalam pengembangan arkeologi industri. Mengapa terhenti, apakah akibat resesi ekonomi masa itu atau karena diakibatkan bencana Tsunami. 

Dalam catatan arsip nasional sebagaimana telah dikutip oleh Irna Saptaningrum dan Hasanuddin Anwar pada tahun 1859 telah terjadi bencana berupa gempa yang melanda Minahasa, Kema, Gorontalo, Banggai, Ternate, Tidore, dan Makian. Tentu kondisi ini penting untuk ditelusuri.

Namun ada yang menarik pula, dari percakapan saya dengan Hasanuddin Anwar. Katanya, perlu ditelusuri kembali berdasarkan catatan lain, bisa jadi berhentinya tambang emas di Kwandang Gorontalo, pada tahun 1930an, karena resesi ekonomi, paska Perang Dunia I, yang terjadi pada tahun 1930.

Dua hal ini penting untuk dikaji, dan keduanya sangat beralasan. Namun jika melihat catatan tentang gempa. Bencana gempa terjadi tahun 1859, sedangkan pertambangan emas berhenti di kisaran tahun 1929-1931. Kalau berpatokan pada tahun itu, dampak resesi ekonomi Perang Dunia I, sepertinya lebih berasalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun