Terkejut dan sekaligus penasaran dengan informasi itu, maka saya mencoba menelusurinya. Berbekal referensi-referensi yang saya temukan, saya beranggapan, bahwa di wilayah yang disebut terdapat Pulau Setan itu, kemungkinan memang terdapat jejak-jejak purba yang bisa dibuktikan secara ilmiah. Bukti-bukti arkeologi kampung kuno, pasti akan kami temukan, demikian waktu itu saya dan beberapa teman arkeolog di Balai Arkeologi Maluku, berdiskusi.
Setelah itu, kami menyusun proposal riset arkeologi dengan wilayah penelitian di Kepulauan Tanimbar bagian barat, sebagaimana cerita awal yang kami peroleh soal mitos tentang adanya Pulau Setan itu.
Perjalanan pertama, kami harus menuju ke Saumlaki, ibukota Kabupaten Maluku Barat Daya, yang termasuk dalam gugus kepulauan Tanimbar.
Di Kepulauan Tanimbar, memang sebelumnya sudah banyak ditemukan jejak-jejak pemukiman kuno, oleh tim Balai Arkeologi Maluku, disertai berbagai bukti fitur dan artefaktualnya. Perahu Batu Sangliatdol, salah satu bukti arkeologi paling fenomenal yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan juga para budayawan, juga para arkeolog dan antropolog manca negara.
Kembali soal informasi Pulau Setan, informasi ini merupakan data terbaru yang kami peroleh yang sebelumnya belum pernah diteliti oleh arkeolog maupun antropolog manapun.
Informasi yang mengejutkan, karena selama penelitian arkeologi sebelumnya, tidak pernah mendengar informasi ini. Setelah tiba di Saumlaki, kami mempersiapkan diri untuk menuju lokasi yang kami rencanakan dari awal. Di Saumlaki, kami justru tidak menemukan informasi apapun soal Pulau Setan.
Namun merujuk wilayah Tanimbar Barat, sesuai informasi awal yang kami peroleh, kami disarankan untuk berangkat terlebih dahulu ke Pulau Sierra, yang disebut sebagai pulau yang paling memungkinkan kami tempuh.
Lokasinya di bagian barat Saumlaki. Kami buka peta, di bagian barat Saumlaki, di Pulau Tanimbar, Pulau Sierra, terletak di bagian baratnya, atau disebutnya sebagai gugus Tanimbar Barat.
Perjalanan Menuju Pulau Setan
Kami menyewa speed, menuju Pulau Siera, yang kemudian kami tahu, di Pulau itu terdapat beberapa desa dan kami untuk pertama kalinya menuju sebuah desa, namanya Desa Kamatubun, desa, dimana dermaga terlihat, untuk kami merapat setelah dua jam perjalanan laut menggunakan motor speed.
Akhirnya kami berada sepekan di Pulau itu, untuk menelusuri berbagai informasi jejak purba di wilayah pulau-pulau Tanimbar Barat.